Kamis, 19 November 2009

MUNCUL dan BERKEMBANGNYA BUDAYA dan AGAMA HINDU-BUDHA

A.MUNCUL dan BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU di INDIA

1. MUNCULNYA AGAMA HINDU di INDIA
Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.
Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama Hindu yang merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah perkembangan pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).

DEWA
Orang Arya percaya dan memuja banyak dewa (Polytheisme). Bagi mereka, tiap-tiap dewa merupakan lambang kekuatan terhadap alam sehingga perlu disembah/ dipuja dan dihormati. Contoh dewa dalam kepercayaan bangsa Arya:
Pretivi sebagai dewa Bumi, Surya sebagai Dewa Matahari, Vayu sebagai Dewa Angin, Varuna sebagai Dewa Laut, Agni sebagai Dewa Api.
Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
Wisnu sebagai dewa pemelihara alam
Siwa sebagai dewa perusak
Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti

KITAB SUCI
Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu:
•Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab.
•Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
•Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
•Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.

Selain itu terdapat kitab-kitab sebagai berikut.
Kitab Brahmanas berisi pedoman ritual keagamaan bagi para Brahmana. Kitab Brahmana merupakan tafsir dari kitab Weda
Upanishad berisi khotbah-khotbah gaib. Kitab Upanisad berisi ajaran tentang cara-cara menghindarkan diri dari samsara.
Aranyakas berisi kitab untuk para pertapa.

Om merupakan simbol agama Hindu jika diucapkan secara sangat sakral sama saja dengan berdoa itu sendiri.


SISTEM KASTA
Sistem kemasyarakatan yang tercipta dalam masyrakat Hindu menurut Kitab Rig-Vega adalah sebagai berikut:
-Mereka hidup di desa, mata pencaharian mereka beternak dan bertani. Mereka mengenal pertenunan, pembuatan barang keramik dan pertukangan.
-Kepala pemerintahan tertinggi, raja yang berkuasa turun temurun. Dibantu dewan tertua dan kaum Brahmana.
-Mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka.
•Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
Keberadaan kasta ini ada pada posisi paling penting dan punya pranan yang sangat besar bagi berjalannya pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk beluk agama Hindu, serta menjadi penasehat raja.
•Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam kasta ini adalah para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb.
•Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak. Mereka yang tergolong dalam kasta ini adalah para pedagang besar (saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa kasta ini cukup memiliki peran penting.
•Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang diperhatikan.
Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan.

Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan. Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu.
Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.

KEMUNDURAN AGAMA HINDU
Pada abad ke 6 SM agama Hindu mengalami kemunduran (kemunduran bukan berarti hilang sama sekali) disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu:
1.Kaum Brahmana terlalu memonopoli upacara keagamaan.
Masyarakat umum tidak tahu mengenai seluk beluk (detail) agama Hindu hanya pendetalah yang tahu karena mereka yang menguasai bahasa Sansekerta (bahasa yang digunakan dalam kitan suci Weda). Hal ini menyebabkan muncul rasa anti agama sebab seakan-akan agama Hindu hanya untuk kaum brahmana atau paling tidak kasta ksatria tapi untuk rakyat biasa tidak akan memberikan pengaruh baik.
2.Adanya sistem kasta dalam agama Hindu
Sistem kasta dalam agama Hindu membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahirannya. Golongan Brahmana berada pada kasta tertinggi sementara Masyarakat biasa terutama Sudra berada pada kasta terendah yang dibebankan kewajiban yang berat. Karena kedudukannya tertinggi maka tak jarang kaum pendeta bertindak sewenang-wenang.
3.Timbul golongan yang berusaha mencari jalan sendiri untuk mencapai hidup abadi yang sejati. Golongan tersebut disebut golongan Buddha yang dihimpun oleh Sidharta.



B.MUNCUL dan BERKEMBANGNYA AGAMA BUDHA di INDIA
MASUKNYA AGAMA BUDHA DI INDIA
Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul sekitar 525 SM. Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan dikabulkan). Agama Budha muncul disebabkan karena :
•Sidharta melihat adanya dominasi golongan Brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat India. Lagipula hanya kaum brahmana yang menguasai kitab suci Weda sementara kasta lain tau mengenai ajaran Hindu dari Brahmana tanpa boleh mempelajari langsung ajaran Hindu. Dalam kegiatan pemerintahan pun Brahmana turut campur tangan.
•Sidharta memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat memecah belah masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahiran. Padahal setiap manusia itu sama kedudukannya.
Itulah fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat Sidharta akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang ada adalah karena beliau melihat adanya kenyataan hidup bahwa manusia akan tua, sakit, mati, dan hidup miskin yang intinya bahwa bagi Sidharta kehidupan adalah suatu “PENDERITAAN”. Oleh karena itu manusia harus dapat menghindarkan diri dari penderitaan (samsara), dan demi mencari cara atau jalan untuk membebaskan diri dari penderitaan guna mencapai kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana dengan segala kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di daerah Bodh Gaya. Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta memperoleh penerangan agung dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha. Agama Budha lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk merasakan penderitaan yang sama.
Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap orang tanpa harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan ajaran Hindu dimana hanya pendeta yang dapat membuat orang mencapai kesempurnaan.
Dalam Budha, setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan tersebut asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga terbebas dari samsara 9kesengsaraan).
Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi.

KITAB SUCI
Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitaka artinya keranjang). Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, yaitu :
1.Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Buddha
2.Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluknya.
3.Abhrdharma Pitaka berisi filosofi (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin

KOTA SUCI
Ada 4 tempat yang dianggap suci oleh umat Budha karena berhubungan dengan kehidupan Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah sebagai berikut :
1.Taman Lumbini di Kapilawastu sebagai tempat kelahiran Sidharta (563 SM). Sementara itu masa kecil Sidharta di lewatkan di daerah Kapilawastu tersebut.
2.Bodh Gaya sebagai tempat Sidharta menerima penerangan agung.
3.Benares (Taman Rusa) sebagai tempat Sidharta pertama kali mengajarkan ajarannya.
4.Kusinegara merupakan tempat wafat Sidharta (482 SM)
Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Budha sebagai Triwaisak.

PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA
Perkembangan Agama Budha mencapai puncaknya kejayaannya pada masa pemerintahan raja Ashoka dari Dinasti Maurya. Ia mampu menjadikan ¾ wilayah India menganut agama Budha dan Ia menetapkan agama Budha sebagai agama resmi negara. Perkembang agama Budha saat itu cepat serta dapat diterima masyarakat India. Selain faktor utama ini terdapat juga faktor pendukung diantaranya adalah sebagai berikut.
1.Penyebaran agama Budha dilakukan dengan mengunakan bahasa rakyat sehari-hari seperti bahasa Prakrit, dan bukan bahasa Sansekerta yang hanya dikuasai dan dimengerti oleh kaum Brahmana.
2.Ajaran agama Budha dapat diterima/ dianut dan disebarkan pada siapapun tidak hanya pada golongan tertentu sehingga dapat disebut ajaran Sidharta ini bersifat non-eksklusif.
3.Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.

PERPECAHAN AGAMA BUDHA
Setelah 100 tahun wafatnya Sang Budha timbul bermacam-macam penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha terjadi karena masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri. Diantaranya aliran yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana.
1.Hinayana artinya kendaraan kecil. Menurut aliran ini tiap orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana. Untuk mencapai Nirwana sangat tergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Hinayana, lebih tertutup hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Yang berhak menjadi Sanggha adalah para biksu dan biksuni yang berada di Wihara. Ajarannya lebih mendekati Budha semula. Pengikutnya sebagian besar berada di daerah Srilanka, Myanmar (Birma), dan Muangtai.
2.Mahayana artinya kendaraan besar. Mahayana, sifatnya terbuka. Penganut aliran ini mengajarkan pembebasan bagi diri sendiri serta bermisi pembebasan bagi orang lain. Setiap orang berhak menjadi Sanggha sejauh sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk sang Budha. Jadi aliran Mahayana mengajarkan untuk mencapai Nirwana setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan dan sifat welas asih (belas kasih). Setiap manusia berusaha hidup bersama/ membantu setiap orang lain dalam mencapai Nirwana. Ajarannya sudah berbeda dengan ajaran Budha semula. Para pengikutnya sebagian besar ada di daerah Indonesia, Jepang, Cina, dan Tibet.

AJARAN SANG BUDHA
Budha mengajarkan 4 kenyataan dalam hidup, yaitu bahwa:
1.Hidup merupakan samsara
2.Samsara disebabkan oleh nafsu yang menguasai manusia
3.Samsara dapat dihilangkan dengan menghilangkan nafsu
4.Untuk menghilangkan nafsu, ditempuh delapan jalur kebenaran.
Delapan Jalan Kebenaran :
- Mempunyai pandangan yang benar - Punya penghidupan yang benar
- Mempunyai niat yang benar - Berusaha yang benar
- Berbicara yang benar - Memperhatikan hal-hal yang benar
- Berbuat yang benar - Bersemadi yang benar

Tiga Kebaktian (Tri Dharma)dalam agama Budha :
1.Berbakti kepada Sang Budha
2.Berbakti kepada ajaran-ajarannya
3.Berbakti kepada Sanggha (jemaat Perkumpulan)

Tridharma jika diucapkan oleh seseorang yang mau masuk agama budha adalah sebagai berikut.
1.Saya mencari perlindungan pada Budha
2.Saya mencari perlindungan pada Dharma
3.Saya mencari perlindungan pada Sanggha

Selain Tridarma dalam agama Budha dikenal juga Triratna yang berarti tiga mutiara, terdiri dari Budha, Dharma, dan Sanggha.
Budha, yaitu Sidharta yang telah dianggap sebagai dewa
Dharma, yaitu kewajiban yang harus ditaati oleh umat Buddha.
Sanggha, yaitu aturan/ perkumpulan dalam agama Budha

KEMUNDURAN AGAMA BUDHA
Kemunduran agama Budha di India disebabkan karena :
1.Setelah Asoka wafat (232 SM) tidak ada raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama Budha di India.
2.Agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya sehingga pengikutnya bertambah banyak.

PERSAMAAN dan PERBEDAAN AGAMA HINDU-BUDHA
Persamaan Hindu dan Budha :
Sama-sama tumbuh dan berkembang di India
Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama.
Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/ mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu kesempurnaan.

Perbedaan Hindu dan Budha :
HINDU BUDHA
Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa Dravida Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan(nirwana)
Kitab sucinya, WEDA Kitab Sucinya, TRIPITAKA
Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Trimurti Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan).Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.

Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorang Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita
Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan pada golongan tertentu sehingga sering disebut agamanya kaum brahmana.Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta
Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa Sansekerta Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa Prakrit
Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai dengan bantuan/bimbingan pendeta.Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi
Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir. Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang berhasil dilakukan semasa hidup
Mengenal adanya kelahiran kembali setelah kematian (reinkarnasi).Tidak menenal reinkarnasi tetapi mengenal karma
Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban.Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban

C. MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI INDONESIA
Persebaran agama dan budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia melalui jalur lalu lintas perdagangan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M Indonesia telah menjalin hubungan dagang dengan negara lain. Hal ini, dikarenakan letak geografis Indonesia yang sangat strategis sehingga memungkinkan hubungan dagang dengan negara lain. Pelayaran di Indonesia awalnya dilakukan hanya sebagai lalu lintas utama penghubung antarpulau tetapi kemudian hal tersebut mendorong adanya aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya di Indonesia saja. Hal ini disebabkan karena :
•Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka perlayaran dan perdagangan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang dilalui jalur perlayaran dan perdagangan tersebut ikut aktif dalam perdagangan. Indonesia sebagai wilayah yang strategis menjalin hubungan dengan Cina dan India. Wilayah Indonesia yang berada di sebelah Timur India menyebabkan para pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan terbentuklah perdagangan antara India dan Indonesia.
•Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap 6 bulan.
•Didukung adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang membawa kekuasaannya ke Asia Tenggara mendorong timbul perdagangan maritim di Asia Barat ke Cina Selatan melalui Indonesia. Perdagangan di Asia Barat didukung oleh para pedagang India.
•Barang perdagangan: emas, kayu cendana, rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus, dan kemenyan dari India sampai Indonesia.

Melalui perdagangan tersebut berkembanglah kebudayaan Asing termasuk India serta Agama Hindu dan Budha yang dianut oleh sebagian besar pedagang India. Agama tersebutlah yang kemudian dianut oleh raja-raja di Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia.

Masuknya dan berkembangnya Agama Hindu di Indonesia
Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:
1.Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)
Inti dari teori ini adalah bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.

Pendapat dari Van Feber adalah bahwa:
Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia.
Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain bahkan keluar dari India hingga ada yang sampai ke Indonesia agar mereka mendapat kedudukan yang lebih baik dan lebih dihargai.

Bantahan ahli terhadap teori ini adalah sebagai berikut.
Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya.
Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk mewujudkan tujuan utama mereka bukan untuk menyebarkan agama Hindu.
Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu yang merupakan milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah.

2.Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)
Inti dari teori ini yaitu bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya yaitu golongan pedagang.
Mereka datang dan berperan sebagai penyebar agama Hindu ke Indonesia. Seperti bangsa Gujarat yang menjadi pedagang pada zaman Islam atau bangsa Barat pada zaman modern.
Menurut NJ.Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh pedagang:
Para pedagang dari India melakukan perdagangan dan akhirnya sampai ke Indonesia memang hanya untuk berdagang. Melalui interaksi perdagangan itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat Indonesia.
Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia kemudian mendirikan pemukiman sembari menunggu angin musim yang baik untuk membawa mereka kembali ke India. Merekapun akan berinteraksi dengan penduduk sekitar dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika ada yang tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat sekitar.

Faktor yang memperkuat teori dari NJ. Krom adalah bahwa:
Teori ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan, faktor ekonomi menjadi sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan berekonomi. Sehingga melalui kegiatan perdagangan dirasa akan lebih mudah untuk berhubungan dengan orang dari berbagai daerah.
Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para pedagang India di Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di beberapa daerah di Indonesia seperti di Indonesia bagian Barat (Sumatera)

Bantahan para ahli terhadap teori ini :
oMotif mereka datang sekedar untuk berdagang bukan untuk menyebarkan agama Hindu sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat bahkan pada raja dengan para saudagar (pedagang India) hanya seputar perdagangan dan tidak akan membawa perubahan besar terhadap penyebaran agama Hindu.
oMereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya. Mereka datang ke Indonesia untuk berdagang dan jika mereka singgah mungkin hanya sekedar mencari perbekalan untuk perjalanan mereka selanjutnya atau untuk menunggu angin yang baik yang akan membawa mereka melanjutkan perjalanan. Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang.
oMeskipun ada perkampungan para pedagang India di Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu, mereka yang tinggal menetap sebagaian besar hanyalah pedagang-pedagang keliling sehingga kehidupan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan penduduk setempat. Sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam tatanegara dan kehidupan keagamaan masyarakat setempat.
oKaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Hindu sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana. Lagi pula para pedagang tidak menguasai secara mendalam ajaran agama Hindu dikarenakan mereka tidak memahami bahasa Sansekerta sebagai pedoman untuk membaca kitab suci Weda.
oTulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan.

3.Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)
Inti dari teori ini adalah bahwa golongan bangsawan/ksatria dari India yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia.

Menurut FDK Bosch ada 3 alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh bangsawan:
Raja dan bagsawan serta ksatria dari India yang kalah perang meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia. Mereka berusaha menaklukkan daerah baru di Indonesia dan membentuk pemerintahan baru seperti ketika mereka di India. Dari situ mereka mulai menanamkan ajaran agama Hindu pada penduduk setempat.
Kekacauan politik di India menyebabkan para ksatria melarikan diri sampai di Indonesia dan sesampainya di Indonesia mereka membentuk dan mendirikan koloni (tanah jajahan) dan mulai menyebarkan agama Hindu.
Adapula raja dan para bangsawan India yang sengaja datang ke Indonesia untuk menyerang dan menaklukkan suku-suku di Indonesia. Setelah mereka berhasil maka akan mendirikan kerajaan dan mulai menyebarkan agama Hindu.
Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori Kolonisasi . Hal ini disebabkan karena dilakukan penyerbuan dan penklukkan.

Bantahan terhadap teori ini :
•Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan di Indonesia masa itu, seseorang dapat menjadi pemimpin suatu wilayah karena dia dirasa mempunyai kemampuan lebih daripada yang lainnya. Tidak mungkin rakyat menginginkan orang yang telah mengalahkan rakyat di wilayah itu untuk menjadi raja mereka karena mereka pasti harus hidup dalam tekanan dari orang yang tidak mereka kenal.

•Tidak ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India bahwa penyerbuan yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu. Selain itu tidak ada bukti pendudukan atas beberapa daerah di Indonesia oleh bangsa India yang bertujuan untuk menyebarkan agama. Padahal suatu penaklukkan pasti akan dicatat sebagai sebuah kemenangan. Memang pernah ada serbuan dari bangsa India yang terjadi 2 kali dalam waktu singkat oleh kerajaan Colamandala (raja Rajendra Coaldewa) atas kerajaan Sriwijaya yaitu pada tahun 1023 M dan 1030 M. Meskipun berhasil menawan raja Sriwijaya tetapi serangan tersebut berhasil dipatahkan/dikalahkan.

•Jika terjadi kolonisasi /penaklukkan pasti akan disertai dengan pemindahan segala aspek/unsur budaya masyarakat India secara murni di Indonesia seperti sistem kasta, tatakota, pergaulan, bahasa, dsb. Tetapi kehidupan masyarakat di Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama persis (tidak asli) dengan kehidupan masyarakat India dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi penguasaan secara mendasar pada segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya Indonesia memiliki peran yang besar dalam proses pembentukan budaya India-Indonesia sehingga yang tampak adalah bentuk akulturasi budayanya.


4.Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)
Inti dari teori ini adalah bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia adalah kaum brahmana dari India. Teori ini memang paling mudah diterima.
Menurut J.C. Van Leur beberapa alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh brahmana:
-Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyiarkan agama Hindu.
-Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan berbahasa Sansekerta, sedangkan di India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan Hindu. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas tinggi sehingga tidak semua orang dapat membaca dan menulis bahasa Sansekerta. Di India hanya kasta Brahmana yang menguasai bahasa Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-lah yang dapat dan boleh membaca kitab suci Weda.
-Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan dan mensyahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan mulailah dikenal istilah kerajaan. Karena upacara penobatan tersebut secara Hindu maka secara otomatis rajanya juga dinyatakan beragama Hindu, jika raja beragama Hindu maka rakyatnyapun akan mengikuti rajanya beragama Hindu.
-Ketika menobatkan raja kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Sebelum kembali ke India tak jarang para Brahmana tersebut akan meniggalkan Kitab Weda-nya sebagai hadiah bagi sang raja. Kitab tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia.
-Para brahmana sengaja didatangkan ke Indonesia karena raja yang telah mengenal Brahmana secara khusus meminta Brahmana untuk mengajar di lingkungan istananya. Dari hal inilah maka agama dan budaya India dapat berkembang di Indonesia. Sejak itu mulailah secara khusus kepala suku-kepala suku yang lain yang tertarik terhadap budaya dan ajaran Hindu mengundang kaum Brahmana untuk datang dan mengajarkan agama dan budaya India kepada masyarakat Indonesia.
-Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling) yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian).

Bantahan terhadap teori ini :
Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain. Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana dalam mempelajarinya.
Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar.

Dari keempat teori tersebut teori yang paling tepat dan disepakati ahli mengenai masuknya agama Hindu dan Budha di Indonesia adalah teori Brahmana, yaitu bahwa brahmana/ pendeta dari Indialah yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Istilah pendeta juga digunakan dalam agama Budha.
Adapun prosesnya sebagai berikut.

Masuknya Agama Hindu ke Indonesia :
Para pendeta dari India mempunyai misi/tugas khusus untuk menyebarkan agama Hindu, pada akhirnya sampai juga mereka ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Setiba di Indonesia mereka akan melakukan upacara pengembalian kasta agar mereka memiliki hak untuk menyebarkan ajaran agama. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Adapula penguasa lokal yang kemudian dinobatkan jadi raja serta diHindukan, sehingga jika rajanya beragama Hindu maka akan lebih mudah untuk menyebarkan agama Hindu di daerahnya.
Proses ini tidak dapat terjadi hanya satu kali langsung diterima tetapi membutuhkan proses yang lama.

Masuknya Agama Budha ke Indonesia :
Dalam ajaran agama budha juga terdapat misi khusus untuk menyebarkan agama Budha, misi tersebut dikenal dengan Dharmadhuta. Untuk menjalankan misinya tersebut maka pendeta Budha melalui jalur pelayaran dan perdagangan menuju ke Indonesia. Setibanya di Indonesia mereka akan menemui raja/ penguasa lokal setempat guna meminta izin untuk menyebarkan agama Budha. Selanjutnya mereka mulai mengajarkan dan menyebarkan agama Budha, jika pengusa lokal tertarik dan memutuskan untuk menganut ajaran agama Budha itu akan menjadi semakin mudah bagi perkembangan agama Budha di daerah tersebut. Jikapun raja tidak tertarik menganut agama Budha tapi memberi izin pada para pendeta tersebut untuk menyebarkan agama Budha maka mereka akan mendirikan perkumpulan umat/ jemaat Budha yang disebut Sangha.


Dari keempat teori yang ada menurut para ahli tidak ada yang cocok menyatakan proses perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia sehingga mereka mengemukakan suatu teori baru untuk menjelaskan proses perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia yaitu Teori Arus Balik.
Teori Arus Balik sepakat bahwa yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia adalah para pendeta India, tetapi yang menyebarkan agama Hindu-Budha ke rakyat Indonesia bukan para pendeta India melainkan orang Indonesia yang diutus oleh raja Indonesia untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta India di negara asalnya yaitu India. Setelah utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka akan kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada raja. Raja yang telah mendapat laporan selanjutnya akan meminta utusan tersebut menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan yang di peroleh dari India tersebut pada penduduk/ rakyat kerajaan tersebut. Maka semakin berkembanglah ajaran agama baik Hindu maupun Budha dan terbentuklah kerajaan yang berciri baik itu Hindu maupun Budha.

Jadi kesimpulan proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesiaadalah sebagai berikut.

Agama Budha
Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.

Agama Hindu
Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah tersebut.

Sabtu, 15 Desember 2007

PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH INDONESIA

Penulisan sejarah (historiografi) di Indonesia umumnya digolongkan kedalam tiga tahapan perkembangan yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern Indonesia. Dan setiap historiografi tersebut masing-masing memililiki ciri-ciri yang berbeda dan jenis yang dihasilkanpun berbeda.

Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah tradisi penulisan sejarah yang berlaku pada masa setelah masyarakat Indonesia mengenal tulisan, baik pada Zaman Hindu-Budha maupun pada Zaman Islam. Ada pada abad 4 M sampai abad 17 M.
Hasil tulisan sejarah dari masa ini sering disebut sebagai naskah.
Contoh Historiografi tradisional:
Babad Tanah Jawi, Babad Kraton, Babad Diponegoro, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Silsilah Raja Perak, Hikayat Tanah Hitu, Kronik Banjarmasin, dsb.

Adapun ciri-ciri historiografi tradisional yaitu:
· Penulisannya bersifat istana sentris yaitu berpusat pada keinginan dan kepentingan raja. Berisi masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa. Menyangkut raja dan kehidupan istana.
· Memiliki subjektifitas yang tinggi sebab penulis hanya mencatat peristiwa penting di kerajaan dan permintaan sang raja.
· Bersifat melegitimasi (melegalkan/mensahkan) suatu kekuasaan sehingga seringkali anakronitis (tidak cocok)
· Kebanyakan karya-karya tersebut kuat dalam genealogi (silsilah) tetapi lemah dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.
· Pada umumnya tidak disusun secara ilmiah tetapi sering kali data-datanya bercampur dengan unsur mitos dan realitas (penuh dengan unsur mitos).
· Sumber-sumber datanya sulit untuk ditelusuri kembali bahkan terkadang mustahil untuk dibuktikan.
· Dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat dimana naskah tersebut ditulis sehingga merupakan hasil kebudayaan suatu masyarakat.
· Cenderung menampilkan unsur politik semata untuk menujukkan kejayaan dan kekuasaan sang raja.

Banyak sejarawan yang awalnya sampai tahun 1960-an tidak mau menggunakan naskah-naskah tersebut sebagai sumber atau referensi karya ilmiah. Akan tetapi, pada perkembangannya karena melalui berbagai penelitian membuktikan bahwa bayak hal yang ditulis dalam naskah tradisional tersebut dapat terungkap pula dalam sumber-sumber sejarah yang lain maka mereka mulai menganggap bahwa naskah/ historiografi tradisional tersebut dapat pula dijadikan sumber atau acuan sejarah.


Historiografi Kolonial
Ada pada abad 17-abad 20 M.
Historiografi kolonial merupakan historiografi warisan kolonial dan penulisannya digunakan untuk kepentingan penjajah.
Ciri-cirinya:
ü Tujuannya untuk memperkuat kekuasaan mereka di Indonesia. Jadi disusun untuk membenarkan penguasaan bangsa mereka terhadap bangsa pribumi (Indonesia). Sehingga untuk kepentingan tersebut mereka melupakan pertimbangan ilmiah.
ü Selain itu semuanya didominasi untuk tindakan dan politik kolonial.
ü Historiografi kolonial hanya mengungkapkan mengenai orang-orang Belanda dan peristiwa di negeri Belanda serta mengagung-agungkan peran orang Belanda sedangkan orang-orang Indonesia hanya dijadikan sebagai objek.
ü Historiografi kolonial memandang peristiwa menggunakan sudut pandang kolonial. Sifat historiografi kolonial eropasentris.
ü Ditujukan untuk melemahkan semanangat para pejuang atau rakyat Indonesia.

Seperti contohya: Orang Belanda menyebut ”pemberontakan” bagi setiap perlawanan yang dilakukan oleh daerah untuk melawan kekuasaan Belanda/ kekuasaan asing yang menduduki tanah airnya. Oleh Belanda itu dianggap sebagai ”perlawanan terhadap kekuasaannya yang sah sebagai pemilik Indonesia”. Seperti Perlawanan yang dilakukan oleh Diponegoro, Belanda menganggap itu sebagai ”Pemberontakan Diponegoro”.

Telah ada upaya untuk melakukan kritik terhadap beberapa tulisan orang Belanda seperti tulisan Geschiedenis van Nederlandsche-Indie (Sejarah Hindia Belanda) oleh Stapel yang dikritik J.C van Leur. Salah satu ungkapannya”jangan melihat kehidupan masyarakat hanya dari atas geladak kapal saja”, artinya jangan menuliskan masyarakat Hindia hanya dari sudut penguasa saja dengan mengabaikan sumber-sumber pribumi sehingga peranan pribumi tidak nampak sementara yang ada hanyalah aktivitas bangsa Belanda di Hindia.
Tetapi justru pendapat Stapel yang tenar di kalangan masyarakat Indonesia, salah satu pendapatnya yang masih dipercaya dan melekat dalam benak sebagian besar masyarakat Indonesia adalah bahwa bangsa Indonesia telah dijajah Belanda selama 350 tahun (1595-1545). Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia dijajah sejak tahun 1595 sewaktu Cornelis de Houtman berangkat dari negeri Belanda untuk mencari pulau penghasil rempah-rempah di dunia Timur. Dia sampai di Indonesia tahun 1596. Indonesia masih mengalami kekuasaan VOC (1602-1619), Inggris (1811-1816), Van den Bosh (1816-1830), Penghapusan Tanam Paksa(1830-1870), Liberalisme (1870-1900), Politik Etis (1900-1922), Sistem Administrasi Belanda (1922-1942), Jepang (1942-1945).


Historiografi Modern Indonesia/ historiografi nasional
Ada pada abad 20 M- sekarang. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia maka masalah sejarah nasional mendapat perhatian yang relatif besar terutama untuk kepentingan pembelajaran di sekolah sekaligus untuk sarana pewarisan nilai-nilai perjuangan serta jati diri bangsa Indonesia.
Ditandai dengan:
Ø Mulai muncul gerakan Indonesianisasi dalam berbagai bidang sehingga istilah-istilah asing khususnya istilah Belanda mulai diindonesiakan selain itu buku-buku berbahasa Belanda sebagian mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Ø Mulai Penulisan sejarah Indonesia yang berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan bangsa dan negara Indonesia dengan sudut pandang nasional.
Ø Orang-orang dan bangsa Indonesialah yang menjadi subjek/pembuat sejarah, mereka tidak lagi hanya sebagai objek seperti pada historiografi kolonial.
Ø Penulisan buku sejarah Indonesia yang baru awalnya hanya sekedar menukar posisi antara tokoh Belanda dan tokoh Indonesia.
Jika awalnya tokoh Belanda sebagai pahlawan sementara orang pribumi sebagai penjahat, maka dengan adanya Indonesianisasi maka kedudukannya terbalik dimana orang Indonesia sebagai pahlawan dan orang Belanda sebagai penjahat tetapi alur ceritanya tetap sama.

Keadaaan yang demikian membuat para sejarawan dan pengamat sejarah terdorong untuk mengadakan ”Kongres Sejarah Nasional” yang pertama yaitu pada tahun 1957. Pada kongres kedua namanya diubah menjadi ”Seminar Nasional Sejarah”, membicarakan mengenai rencana untuk pembuatan sebuah buku sejarah nasional baru dengan harapan dapat dijadikan semacam buku referensi.

Oleh karena itu penulisan sejarah yang seharusnya adalah:
1. Sebuah penulisan yang tidak sekedar mengubah pendekatan dari eropasentris menjadi indonesiasentris, tetapi juga menampilkan hal-hal baru yang sebelumnya belum sempat terungkap.
2. Penulisan sejarah dengan cara yang konvensional (yang hanya mengandalkan naskah sebagai sumber sejarah) yang bersifat naratif, deskriptif, kedaerahan, serta tema-tema politik dan penguasa diganti dengan cara penulisan sejarah yang kritis (struktural analitis)
3. Menggunakan pendekatan multidimensional.
Caranya yaitu dengan menggunakan teori-teori ilmu sosial untuk menjelaskan kejadiaan sejarah sesuai dengan dimensinya dengan menggunakan sumber-sumber yang lebih beragam daripada masa sebelumnya.
4. Mengungkapkan dinamika masyarakat Indonesia dari berbagai aspek kehidupan yang kemudian dapat dijadikan bahan kajian untuk memperkaya penulisan sejarah Indonesia.
Sebagai contoh:
Tulisan berjudul ”Pemberontakan Petani di Banten 1888” oleh Sartono Kartodirdjo, seorang sejarawan Indonesia pertama yang menggunakan metode multidimensional dalam penulisannya.

Penulisan sejarah Indonesia modern bertujuan untuk melakukan perbaikan dengan menggantiklan beberapa hal seperti:
· Adanya pandangan religio-magis serta kosmologis seperti tercermin dalam babad atau hikayat diganti dengan pandangan empiris-ilmiah.
· Adanya pandangan etnosentrisme diganti dengan pandangan nationsentris.
· Adanya pandangan sejarah kolonial-elitis diganti dengan sejarah bangsa Indonesia secara keseluruhan yang mencakup berbagai lapisan sosial.

SUMBER,BUKTI, dan FAKTA SEJARAH


1. Sumber Sejarah
Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar/landasan dalam menulis kisah-kisah sejarah.
Sumber sejarah terdiri dari :
a. Sumber Benda
Sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan.
Contoh:
Berbagai bangunan bersejarah(candi, makam, istana, pemandian), patung, senjata (kapak persegi, kapak lonjong, pedang,dsb) , artefak (perhiasan kuno, manik-manik, keramik), museum, monumen, tugu peringatan,dsb.
b. Sumber Tertulis
Sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Contoh:
prasasti, dokumen (dokumen-dokumen kenegaraa, surat berharga), ensiklopedi, jurnal, kamus, naskah (teks proklamasi, naskah perjanjian-perjanjian), dan rekaman (CD, foto, kaset, film)
c. Sumber Lisan
Sumber yang diperoleh melalui keterangan langsung dari para pelaku atau saksi peristiwa sejarah.
Contoh:
Pelaku dan saksi tokoh pejuang kemerdekaan

2. Bukti Sejarah
Bukti sejarah adalah segala peninggalan yang berkaitan dengan aktivitas manusia di masa lampau. Bukti tersebut masih tetap dipergunakan oleh manusia masa kini.
Seperti :
· Istana Kepresidenan peninggalan sejarah masa Kolonial Belanda.
· Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.yang dibacakan setiap tanggal 17 Agustus
· Pelabuhan Sunda Kelapa
· Museum Bahari, Museum Fatahilah, Museum Proklamasi,dsb.

3. Fakta Sejarah
Fakta sejarah adalah data sejarah yang telah dikritik (diverifikasi) dan diinterpretasikan (ditapsirkan) oleh sejarawan. Dimana hasilnya kemudian dijadikan dalil, argumentasi atau dasar pemikiran dalam menulis karya sejarahnya.
Fakta hanya merupakan sebagian dari kenyataan sejarah sehingga fakta sejarah tidak sama dengan kenyataan sejarah.
Ada dua macam fakta, yaitu:
Fakta Mental
Fakta mental merupakan fakta yang terkait dengan masalah batin, rohani, dan watak manusia sehingga dapat menentukan baik buruknya perjalanan kehidupan manusia, masyarakat atau bangsa.
Sehingga peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau dapat mempengaruhi mental kehidupan masyarakat di masa kini maupun di masa depan.
Contoh:
Terjadinya peperangan, memberikan fakta mental mengenai akibat perang yang menyisakan kehidupan yang sangat memprihatinkan. Orang akan ada yang merasa kemana-mana tidak aman.
Fakta Sosial
Fakta Sosial merupakan sebuah hasil dari penafsiran data yang menunjukkan aktivitas hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Fakta sosial merupakan suatu bukti yang muncul dari lingkungan sosial masyarakat untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang bersangkutan.
Suatu peristiwa sejarah yang dipengaruhi oleh masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Masalah sosial yang muncul dan berkembang di masyarakat kerap kali menimbulkan suatu peristiwa.
Contoh:
Peperangan yang terjadi dapat menghancurkan tatanan sosial dalam kehidupan suatu bangsa. Sebelum terjadi perang, kehidupan sosial masyarakat terjalin dengan baik, tetapi setelah peperangan semuanya hancur. Dan hubungan sosial yang pernah hancur akibat perang tersebut mulai dibenahi sehingga dapat memunculkan jalinan hubungan sosial yang lebih erat dari masa sebelumnya.


Cara menentukan usia peninggalan sejarah budaya manusia pada masa lampau, ada 3 cara:
1. Tipologi
Merupakan cara penentuan usia budaya berdasarkan bentuk (tipe) dari benda peninggalan itu.
Semakin sederhana bentuk peninggalan budaya manusia, maka usianya semakin tua.

2. Stratigrafi
Merupakan cara penentuan usia suatu benda peninggalan budaya manusia berdasarkan lapisan tanah. Semakin ke bawah lapisan tanah tempat penemuan benda peninggalan budaya manusia, maka semakin tua usianya, demikian pula sebaliknya.

3. Kimiawi
Merupakan cara menentukan usia dari benda peninggalan budaya manusia berdasarkan unsur-unsur kimia yang dikandung oleh benda tersebut.

Jumat, 14 Desember 2007

PENELITIAN SEJARAH INDONESIA

Tahapan Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah atau metode sejarah merupakan penelitian yang mempelajari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pada masa lampau. Adapun tahapan yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah adalah sebagai berikut.
1. Menentukan Topik Penelitian
Hal ini merupakan langkah awal dalam melakukan sebuah penelitian sehingga harus dilakukan.
Menentukan topik merupakan sebuah panduan dalam melakukan penelitian sehingga penelitian tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas.

2. Heuristik (Pengumpulan Sumber Sejarah)
Heuristik merupakan tahap mencari dan mengumpulkan sumber-sumber/informasi yang relevan/sesuai dengan topik/judul penelitian.
Kegiatan ini untuk menghimpun berbagai data dalam usaha mencari jejak-jejak dari peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau.
Menurut bentuknya sumber sejarah ada 3, yaitu sumber benda, sumber tertulis, sumber lisan.
a. Sumber Benda
Sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan.
Contoh: bangunan, patung, senjata, artefak, dsb.
b. Sumber Tertulis
Sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Contoh: prasasti, dokumen, naskah, dan rekaman.
c. Sumber Lisan
Sumber yang diperoleh melalui keterangan langsung dari para pelaku atau saksi peristiwa sejarah maupun orang yang menerima keterangan secara lisan dari orang lain.
Menurut sifatnya, ada 2 macam sumber, yaitu:
Sumber Primer, Sumber yang berasal dari pelaku/saksi mata peristiwa sejarah.
Contoh: Biografi, Autobiografi, Notulen Rapat,dsb.
Sumber Sekunder, Sumber yang bukan merupakan sumber primer yaitu saksi tetapi dapt pula berupa buku referensi.
Contoh: Buku-buku penunjang seperti buku Sekitar Jogjakarta 1755-1825 karya Soekanto, buku Perang Padri di Sumatra Barat 1803-1838 karya Muh. Radjab.

3. Verifikasi (Kritik Sumber)
Verifikasi merupakan suatu kegiatan untuk menguji kebenaran/pembuktian terhadap sumber/informasi yang diperoleh, apakah dapat dipercaya kebenarannya atau tidak.
Dalam verifikasi dilakukan perbandingan antara bukti-bukti yang ada, sehingga verifikasi merupakan tahap penilaian terhadap sumber-sumber sejarah.
Dalam tahap ini, peneliti melakukan penyeleksian data yang ditemukan melalui suatu proses pengujian terhadap data-data tersebut baik dari segi materi maupun isinya.
Setelah data tersebut teruji, dinilai apakah relevan dengan permasalahan yang hendak ditulis. Data yang telah teruji dan terpilih ini kemudian disebut sebagai fakta sejarah.

4. Interpretasi (penafsiran)
Interpretasi adalah proses menafsirkan dan merangkaikan unsur-unsur dari data-data yang diperoleh dari berbagai sumber.
Tujuannya untuk memperoleh kumpulan fakta yang memiliki arti, sehingga memperoleh sumber yang benar-benar dapat dipercaya kebenarannya.
Sumber-sumber sejarah yang berupa data-data digunakan untuk mengungkap kebenaran suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, perlu diinterpretasikan/ ditafsirkan terlebih dahulu sehingga data yang ada benar-benar dapat mengungkap suatu peristiwa dengan benar.



Faktor-faktor yang mempengaruhi intepretasi tentang kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Manusia, baik secara individu maupun kelompok.
Dalam suatu masyarakat perlu diketahui apakah mereka masih buta huruf atau sudah dapat membaca. Keadaan ini perlu diketahui dengan jelas karena akan mempengaruhi kredibilitas dari informasi yang diberikan. Apabila kondisi masyarakat telah terdidik, maka informasi data yang diberikan akan lebih dapat dipercaya.

b. Lingkungan Geografis, tempat tinggal mereka
Kondisi buta huruf dapat disebabkan dari kondisi geografis tinggalnya. Penduduk di beberapa daerah memiliki kehidupan yang eksklusif atau tertutup dari pengaruh luar. Ketertutupan tersebut membuat masyarakat buta huruf.

c. Lingkungan Budaya, tempat manusia/masyarakat itu bertempat tinggal
Kondisi sosial budaya dari suatu masyarakat memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Dalam masyarakat tertutup, membatasi diri dari pengaruh luar merupakan bagian dari budaya atau adat dari masyarakat tersebut.
Hal ini menyebabkan tradisi/ adat/ budaya tersebut membatasi manusia untuk memberikan informasi yang akurat.

d. Metafisik/supranatural di luar kemampuan manusia
Faktor ini terkait dengan takdir Tuhan. Manusia tidak dapat mengubah takdir Tuhan walaupun Tuhan sendiri telah memberi kesempatan pada manusia untuk menentukan sendiri jalan hidupnya. Sehingga sebagai seorang sejarawan dalam meneliti kehidupan masyarakat harus menafsirkan setiap informasi yang diungkapkan oleh masyarakat berkait dengan Tuhan.

5. Historiografi

Historiografi merupakan proses penulisan sejarah berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan, dikritik, dan diinterpretasikan tadi.
Dalam proses penulisan harus didasarkan metodologi sejarah serta diperlukan kecakapan/kemahiran tertentu. Dengan itu diharapkan penulisannya dapat bersifat kritis dan analisis yang menitikberatkan pada keakuratan dari peristiwa-peristiwa sejarah sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara Ilmiah.

PENELITIAN SEJARAH LISAN

Pengertian Sejarah Lisan
Merupakan sejarah yang disusun atas dasar wawancara dengan tokoh baik itu pelaku maupun saksi yang sejaman dengan peristiwanya.

Penelitian Sejarah Lisan
Merupakan penelitian sejarah untuk mengumpulkan bahan-bahan melalui wawancara dengan pelaku atau saksi sejarah mengenai suatu masalah yang sedang diteliti oleh pewawancara.

Manfaat melakukan penelitian sejarah lisan, adalah sebagai berikut.
1. Menyelamatkan sumber sejarah dikarenakan terbatasnya sumber lisan yang masih hidup.
2. Untuk mengungkap berbagai permasalahan kesejarahan yang belum terungkap melalui sumber tertulis.
3. Untuk mengungkapkan berbagai peristiwa mengenai kehidupan masyarakat biasa/ kalangan bawah (khalayak). Sebaba, pada umumnya kegiatan masyarakat bawah tidak tercatat atau jarang ada yang mau mencatatnya.
Contoh:
Tradisi mudik masyarakat menjelang hari lebaran
Peristiwa yang dicatat umumnya hanya yang bersifat nasional maupun yang berkaitan dengan tokoh-tokoh besar.

Kelebihan dari penelitian sejarah lisan :
a. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan adanya komunikasi dari dua arah (antara peneliti dengan tokoh) sehingga jika ada hal yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan pada nara sumber.
b. Penulisan sejarah menjadi lebih demokratis (terbuka) karena memungkinkan sejarawan untuk mencari informasi dari semua golongan masyarakat (baik rakyat biasa sampai pejabat)
c. Melengkapi kekurangan data atau informasi yang belum termuat dalam sumber tertulis atau dokumen.

Kekurangan dari Sejarah Lisan :
a. Keterbatasan daya ingat seorang pelaku/saksi sejarah terhadap suatu peristiwa.
b. Memiliki subjektifitas yang tinggi dikarenakan sudut pandang yang berbeda dari masing-masing pelaku dan saksi terhadap sebuah peristiwa. Sehingga mereka akan cenderung memperberbesar peranannya dan menutupi kekurangannya.

Sebelum melakukan wawancara dengan tokoh kita perlu melakukan Kritisi terhadap sumber yang akan diwawancari. Hal yang harus dikritisia dalah sebagai berikut.
a) Apakah tokoh tersebut terkait dengan permasalahan (topik) yang hendak kita ungkap?
b) Seberapa besar keterkaitan tokoh tersebut dengan peristiwa yang hendak diungkapkan?
c) Berapa usianya sekarang apakah sejaman dengan permasalahan yang ingin diungkap ?
d) Apakah cukup sehat lahir dan batin?
e) Apakah masih ada tokoh lain yang sejaman dengannya untuk dijadikan pembanding (cross-check)?

Sumber Sejarah Lisan:
Sumber sejarah lisan dapat berupa sumber pertama (sumber primer), sumber kedua (sumber sekunder), bahkan sumber ketiga, keempat, dsb.
1. Sumber Pertama
Sumber pertama bisa disebut sebagai sumber primer. Dalam hal ini yang termasuk sumber primer adalah orang yang terlibat secara langsung dalam sebuah peristiwa. Seperti, pelaku sejarah, reporter berita yang meliput peristiwa dari awal hingga akhir.

Kelebihan dari wawancara dengan sumber primer :
· Mereka adalah orang yang tahu pasti sebuah kejadian sehingga dapat memberikan keterangan yang sejelasnya.
· Apa yang disampaikan akan mendekati kebenaran dari suatu peristiwa.
Kekurangan dari wawancara dengan sumber primer :
§ Keterangan yang diberikan bersifat subjektif ada beberapa hal yang tidak dapat terungkap jika itu dipandang buruk oleh pelaku sejarah.

2. Sumber Kedua
Sumber kedua bisa disebut sebagai sumber sekunder. Yang termasuk sumber sekunder adalah mereka yang menyaksikan atau melihat kejadian tersebut.
Kelebihan dari saksi sejarah :
ü Ia adalah orang yang menyaksikan suatu peristiwa sehingga dapat memberikan keterangan mengenai kejadian yang ia saksikan. Sehingga keterangan yang ia sampaikan dapat memperkuat keterangan yang diberikan pelaku.
Kekurangan dari saksi sejarah :
Ø Berita yang disampaikan oleh para saksi dapat berupa berita atau kebenaran yang sepihak, tergantung dari pihak mana saksi itu berasal dan kepada siapa saksi itu berpihak.
Ø Keterangan dari saksi belum dapat dianggap sebagai suatu keterangan yang utuh (lengkap). Hal ini dikarenakan para saksi tidak dapat melihat rangkaian suatu peristiwa secara utuh melainkan hanya sebagian yaitu yang ia saksikan.

Langkah-langkah penelitian sejarah lisan:
1) Menentukan topik penelitian
2) Mencari sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan topik tersebut.
3) Merumuskan masalah yang sekiranya ada.
4) Mencari informasi mengenai sumber yang dapat diwawancarai dan menentukan orang yang akan kita wawancarai (kritisi terhadap nara sumber).
5) Melakukan wawancara dengan sumber lisan
6) Melakukan cross-check(pembanding) sumber dengan sumber yang lain.
7) Menuangkan hasil wawancara kedalam bentuk tulisan.

Contoh tulisan sejarah lisan :
Nugroho Notosusanto (1979), Tentara Peta pada Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia.
R.Z. Leirissa (1992), PRRI/Permesta: Strategi Pembangunan Indonesia tanpa Komunis.Robert B.Cribb (1984), Jakarta in the Indonesian Revolution

AWAL PENULISAN SEJARAH INDONESIA


PENGARUH MASUKNYA BUDAYA INDIA KE INDONESIA
Kepulauan Indonesia, pada zaman kuno terletak pada jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia. Kehadiran orang India di kepulauan Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan di berbagai bidang di wilayah Indonesia.
Hal itu terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama.

Pengaruh India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
· Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi.
Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa.
Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
Ø Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
Ø Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
Ø Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.

· Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi.
Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.

· Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.

· Aksara/tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.

· Kesusastraan
Setelah masyarakat Indonesia mengenal tulisan maka seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Pengaruh kesusastraan masa Hindu-Budha tampak dalam bentuk prosa dan puisi (tembang). Tembang Jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.
Pengaruh India pada seni sastra tampak dengan munculnya karya-karya sastra berupa kitab-kitab yang terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah. Contoh kitab tersebut :Negarakertagama, Sutasoma, Baratayuda, dsb.
Kitab-kitab tersebut perkembangannya berisi karya-karya India yang telah digubah (disesuaikan keadaan masyarakat Indonesia) oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh.
Bahkan karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa). Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

2. Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.

3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebelum masuknya pengaruh India sudah tampak pada adanya sistem gotong-royong, pembagian kerja dalam masyarakat, meskipun belum sangat teratur. Seiring perkembangan zaman serta ciri masyarakat Indonesia yang terbuka terhadap unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri. Maka ketika Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Pengaruh India ke Indonesia pada bidang sosial tampak sekali dengan penerapan sistem kasta (pengolongan masyarakat berdasarkan jenis pekerjaannya) dalam masyarakat dimana masyarakat dibagi menjadi 4 kasta utama yaitu brahmana, ksatria, waisya, sudra.

4. Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap benda-benda yang disebut dengan animisme (benda-benda dianggap memiliki roh atau jiwa) dan dinamisme (benda-benda dianggap memiliki kekuatan).
Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.

REKAMAN TERTULIS DALAM TRADISI MASYARAKAT INDONESIA

Zaman sejarah di Indonesia diawali sejak abad ke-5 M setelah masuknya pengaruh India (Hindu-Budha). Mengenal tulisan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Hal ini dikarenakan dengan tulisan mereka dapat mencatat berbagai peristiwa yang terjadi pada masanya sehingga dapat menyebarkan dan mewariskan berbagai macam tradisi, nilai, kepercayaan, dan budayanya kepada masyarakat di sekitarnya maupun generasi penerus. Bukti-bukti tertulis yang ditinggalkan sehingga dapat dibaca dan dipelajari oleh generasi selanjutnya, sehingga mereka dapat memahami dan menafsirkan kehidupan generasi terdahulu dan memperkuat akar dan jati diri masyarakat yang bersangkutan. Di antara bukti-bukti tertulis itu terdapat prasasti, kitab-kitab agama, karya-karya sastra dan sebagainya.
1. PRASASTI
Prasasti adalah peninggalan tertulis yang dipahatkan dan dilukiskan pada bahan yang tidak mudah musnah, seperti batu, logam, dan gading.
Pada umumnya prasasti menuliskan suatu peristiwa yang cukup penting pada masa lampau. Prasasti biasanya dibuat atas perintah raja yang berkuasa.
Tujuan pembuatan prasasti adalah untuk mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami oleh seorang raja atau sebuah kerajaan.

Contoh prasasti pada awal perkembangan kebudayaan Hindu-Budha.
a. Prasasti Kutai di Kalimantan Timur
Prasasti berupa tujuh buah yupa(tugu batu) yang diperkirakan berasal dari tahun 400 M, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Sansekerta.
Isinya, peringatan upacara kurban agama Hindu yang diperintahkan oleh Raja Mulawarman, Putra Aswawarman, dan cucu Kudungga.

b. Prasasti Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat
Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Contohnya: Prasasti Ciaruteun (pahatan telapak kaki dan tulisan), Prasasti Kebon Kopi (pahatan telapak kaki gajah dan tulisan), Prasasti Jambu (pujian terhadap Purnawarman), Prasasti Pasir Awi (memuat syair pujian terhadap Raja Purnawarman), Prasasti Tugu (berita tentang penggalian saluran Sungai Gomati), Prasasti Muara Cianten, Prasasti Cidang Hiang.

c. Prasasti Kerajaan Sriwijaya
Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.
Contohnya: Prasasti Kedukan Bukit (Dapunta Hyang menaklukkan beberapa daerah), Prasasti Talang tuo (perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk), Prasasti Telaga Batu (berisi kutukan kepada siapa saja yang tidak setia pada raja), Prasasti Kota Kapur (berisi permohonan kepada dewa untuk menjaga Sriwijaya dan menghukum para penghianat Sriwijaya).

d. Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Canggal (654 Saka/732 M), menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, mengenai pendirian sebuah lingga atas perintah Raja Sanjaya di atas bukit Kunjarakunja.
Prasasti Matyasih (prasasti Kedu) (829 Saka/907 M), berisi tentang raja-raja yang memerintah sebelum Dyah Balitung.
Prasasti Ritihang, berbahasa Jawa Kuno ditulis dengan huruf Pallawa berangka tahun 863 Saka/ 914 M.
e. Prasasti Kerajaan Syailendra
Prasasti Kalasan, berangka tahun 700 Saka (778 M), berbahasa Sansekerta, dan ditulis dengan huruf Pra-Nagari.
Prasasti Klurak (dekat Prambanan), berangka tahun 704 Saka (782 M), ditulis dengan bahasa Sansekerta dan huruf Pra-Nagari. Mengenai pembuatan arca Manjusri.

2. KITAB
Kitab merupakan sebuah karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengungkap suatu peristiwa di masa lampau. Para pujangga biasanya menulis atas perintah raja. Itulah sebabnya isi tulisannya banyak menulis keagungan dan kebesaran raja yang bersangkutan. Diantara kitab-kitab yang terkenal pada masa kerajaan Hindu-Budha:
1.) Pada zaman Kediri dihasilkan kitab:
· Arjunawiwaha
Merupakan karya Mpu Kanwa pada tahun 1030 M, pada masa pemerintahan Airlangga.
Isinya meriwayatkan Arjuna yang bertapa untuk mendapatkan senjata guna keperluan perang melawan Kurawa.
· Kresnayana
Karya Mpu Triguna. Memuat riwayat Kresna semasa kecil. Cerita yang mirip dengan Kresnayana adalah cerita dalam kitab Hariwangsa karya Mpu Panuluh, yang digubah pada zaman Raja Jayabaya, dan berisi kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukhimi.
· Smaradahana
Karya Mpu Dharmaja pada masa Sri Kameswara. Mengisahkan hilangnya suami istri Dewa Kama dan Dewi Ratih karena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa.
· Baratayudha
Karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Isinya tentang peperangan 18 hari antara keluarga Pandawa dan Kurawa.
· Gatotkacasraya
Karangan Mpu Panuluh, menceritakan perkawinan Abimanyu, putra Arjuna, dengan Siti Sundhari atas bantuan Gatotkaca, putra Bima.Ditulis pada zaman Raja Jayabaya.

2) Pada zaman Majapahit I
· Negarakertagama
Ditulis pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk oleh Mpu Prapanca. Mengenai kerajaan Singasari dari masa pemerintahan Ken Arok, raja pertama Singosari hingga Hayam Wuruk.
· Sutasoma
Karangan Mpu Tantular. Menceritakan Sutasoma, putra raja yang kemudian mendalami agama Budha. Dalam kitab ini terdapat kata Bhinneka tunggal ika,tan hana dharma mangrwa. Kata bhinneka tunggal ika inilah yang kemudian menjadi semboyan persatuan kita.
· Arjunawijaya
Karangan Mpu Tantular. Kitab mengisahkan raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan Raksasa Rahwana.
· Kutaramanawa
Ditulis oleh Gajah Mada. Disusun berdasarkan kitab hukum Kutarasastra dan kitab hukum Munawasastra, dan kemudian disesuaikan dengan hukum adat pada waktu itu.

3) Pada zaman Majapahit II
· Pararaton
Pararaton berisi dongeng dan mitos. Pengarangnya sampai sekarang belum diketahui. Terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama berisi riwayat Ken Arok sampai raja-raja Sigasari. Bagian kedua mengisahkan Kerajaan Majapahit mulai dari Raden Wijaya, Jayanegara, pemberontakan Ronggolawe dan Sora, Perang Bubad, dan daftar raja sesudah Hayam Wuruk.
· Tantu Panggelaran
· Calon Arang
· Sundayana
· Paman Canggah
· Usana Bali
· Cerita Parahiyangan
· Bubhuksah dan Gagang Aking
Pada masa Islam muncul banyak karya sastra seperti:
Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rahwana, Hikayat Pancatantra.

Selain kitab ada pula cerita panji seperti:
Syair Ken Tambunan, Lelakon Mahesa Kuitir, Syair Panji Sumirang, Cerita Wayang Kinundang, Hikayat Panji Kuda Sumirang, Hikayat Cekal Wenengpati, Hikayat Panji Wilakusuma.

Selain itu terdapat pula kitab suluk (kitab yang bercorak magis, berisi ramalan, penentuan hari baik dan buruk, dan pemberian makna terhadap suatu kejadian) seperti:
o Suluk Sukrasa, menceritakan Ki Sukrasa yang mencari ilmu untuk mendapatkan kesempurnaan.
o Suluk Wujil, berisi wejanagan Sunan Bonang kepada Wujil, bekas abdi Raja Majapahit.
o Suluk Malang Sumirang, berisi pujian dan mengungkapkan seseorang yang telah mencapai kesempurnaan dan bersatu dengan Tuhan YME.

Kitab yang ditulis oleh para pujangga dari kerajaan Islam di Indonesia diantaranya:
a) Kitab Bustanu’Issalatin, ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri dari Aceh.Berisi mengenai adat-istiadat Aceh dan ajaran agama Islam
b) Kitab Sastra Gending, ditulis oleh Sultan Agung dari Mataram. Berisi tentang ajaran-ajaran filsafat. Serta kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata yang bersumber pada kitab Ramayana. Berisi tentang tabiat baik.
c) Kitab Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahi’e oleh Amanna Gappa dari Makasar. Berisi tentang hukum-hukum perniagaan bagi kerajaan Makasar.

3. Dokumen
Dokumen adalah surat berharga yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Dokumen-dokumen tersebut harus didokumentasikan.
Sedangkan Dokumentasi itu sendiri adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dari berbagai bidang. Dapat berupa pengumpulan bukti-bukti atau keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, bahan referensi, dsb.
Dokumen merupakan sesuatu yang sangat berharga baik itu bagi pemakainya maupun pembuatnya.