Sabtu, 15 Desember 2007

PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH INDONESIA

Penulisan sejarah (historiografi) di Indonesia umumnya digolongkan kedalam tiga tahapan perkembangan yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern Indonesia. Dan setiap historiografi tersebut masing-masing memililiki ciri-ciri yang berbeda dan jenis yang dihasilkanpun berbeda.

Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah tradisi penulisan sejarah yang berlaku pada masa setelah masyarakat Indonesia mengenal tulisan, baik pada Zaman Hindu-Budha maupun pada Zaman Islam. Ada pada abad 4 M sampai abad 17 M.
Hasil tulisan sejarah dari masa ini sering disebut sebagai naskah.
Contoh Historiografi tradisional:
Babad Tanah Jawi, Babad Kraton, Babad Diponegoro, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Silsilah Raja Perak, Hikayat Tanah Hitu, Kronik Banjarmasin, dsb.

Adapun ciri-ciri historiografi tradisional yaitu:
· Penulisannya bersifat istana sentris yaitu berpusat pada keinginan dan kepentingan raja. Berisi masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa. Menyangkut raja dan kehidupan istana.
· Memiliki subjektifitas yang tinggi sebab penulis hanya mencatat peristiwa penting di kerajaan dan permintaan sang raja.
· Bersifat melegitimasi (melegalkan/mensahkan) suatu kekuasaan sehingga seringkali anakronitis (tidak cocok)
· Kebanyakan karya-karya tersebut kuat dalam genealogi (silsilah) tetapi lemah dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.
· Pada umumnya tidak disusun secara ilmiah tetapi sering kali data-datanya bercampur dengan unsur mitos dan realitas (penuh dengan unsur mitos).
· Sumber-sumber datanya sulit untuk ditelusuri kembali bahkan terkadang mustahil untuk dibuktikan.
· Dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat dimana naskah tersebut ditulis sehingga merupakan hasil kebudayaan suatu masyarakat.
· Cenderung menampilkan unsur politik semata untuk menujukkan kejayaan dan kekuasaan sang raja.

Banyak sejarawan yang awalnya sampai tahun 1960-an tidak mau menggunakan naskah-naskah tersebut sebagai sumber atau referensi karya ilmiah. Akan tetapi, pada perkembangannya karena melalui berbagai penelitian membuktikan bahwa bayak hal yang ditulis dalam naskah tradisional tersebut dapat terungkap pula dalam sumber-sumber sejarah yang lain maka mereka mulai menganggap bahwa naskah/ historiografi tradisional tersebut dapat pula dijadikan sumber atau acuan sejarah.


Historiografi Kolonial
Ada pada abad 17-abad 20 M.
Historiografi kolonial merupakan historiografi warisan kolonial dan penulisannya digunakan untuk kepentingan penjajah.
Ciri-cirinya:
ü Tujuannya untuk memperkuat kekuasaan mereka di Indonesia. Jadi disusun untuk membenarkan penguasaan bangsa mereka terhadap bangsa pribumi (Indonesia). Sehingga untuk kepentingan tersebut mereka melupakan pertimbangan ilmiah.
ü Selain itu semuanya didominasi untuk tindakan dan politik kolonial.
ü Historiografi kolonial hanya mengungkapkan mengenai orang-orang Belanda dan peristiwa di negeri Belanda serta mengagung-agungkan peran orang Belanda sedangkan orang-orang Indonesia hanya dijadikan sebagai objek.
ü Historiografi kolonial memandang peristiwa menggunakan sudut pandang kolonial. Sifat historiografi kolonial eropasentris.
ü Ditujukan untuk melemahkan semanangat para pejuang atau rakyat Indonesia.

Seperti contohya: Orang Belanda menyebut ”pemberontakan” bagi setiap perlawanan yang dilakukan oleh daerah untuk melawan kekuasaan Belanda/ kekuasaan asing yang menduduki tanah airnya. Oleh Belanda itu dianggap sebagai ”perlawanan terhadap kekuasaannya yang sah sebagai pemilik Indonesia”. Seperti Perlawanan yang dilakukan oleh Diponegoro, Belanda menganggap itu sebagai ”Pemberontakan Diponegoro”.

Telah ada upaya untuk melakukan kritik terhadap beberapa tulisan orang Belanda seperti tulisan Geschiedenis van Nederlandsche-Indie (Sejarah Hindia Belanda) oleh Stapel yang dikritik J.C van Leur. Salah satu ungkapannya”jangan melihat kehidupan masyarakat hanya dari atas geladak kapal saja”, artinya jangan menuliskan masyarakat Hindia hanya dari sudut penguasa saja dengan mengabaikan sumber-sumber pribumi sehingga peranan pribumi tidak nampak sementara yang ada hanyalah aktivitas bangsa Belanda di Hindia.
Tetapi justru pendapat Stapel yang tenar di kalangan masyarakat Indonesia, salah satu pendapatnya yang masih dipercaya dan melekat dalam benak sebagian besar masyarakat Indonesia adalah bahwa bangsa Indonesia telah dijajah Belanda selama 350 tahun (1595-1545). Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia dijajah sejak tahun 1595 sewaktu Cornelis de Houtman berangkat dari negeri Belanda untuk mencari pulau penghasil rempah-rempah di dunia Timur. Dia sampai di Indonesia tahun 1596. Indonesia masih mengalami kekuasaan VOC (1602-1619), Inggris (1811-1816), Van den Bosh (1816-1830), Penghapusan Tanam Paksa(1830-1870), Liberalisme (1870-1900), Politik Etis (1900-1922), Sistem Administrasi Belanda (1922-1942), Jepang (1942-1945).


Historiografi Modern Indonesia/ historiografi nasional
Ada pada abad 20 M- sekarang. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia maka masalah sejarah nasional mendapat perhatian yang relatif besar terutama untuk kepentingan pembelajaran di sekolah sekaligus untuk sarana pewarisan nilai-nilai perjuangan serta jati diri bangsa Indonesia.
Ditandai dengan:
Ø Mulai muncul gerakan Indonesianisasi dalam berbagai bidang sehingga istilah-istilah asing khususnya istilah Belanda mulai diindonesiakan selain itu buku-buku berbahasa Belanda sebagian mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Ø Mulai Penulisan sejarah Indonesia yang berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan bangsa dan negara Indonesia dengan sudut pandang nasional.
Ø Orang-orang dan bangsa Indonesialah yang menjadi subjek/pembuat sejarah, mereka tidak lagi hanya sebagai objek seperti pada historiografi kolonial.
Ø Penulisan buku sejarah Indonesia yang baru awalnya hanya sekedar menukar posisi antara tokoh Belanda dan tokoh Indonesia.
Jika awalnya tokoh Belanda sebagai pahlawan sementara orang pribumi sebagai penjahat, maka dengan adanya Indonesianisasi maka kedudukannya terbalik dimana orang Indonesia sebagai pahlawan dan orang Belanda sebagai penjahat tetapi alur ceritanya tetap sama.

Keadaaan yang demikian membuat para sejarawan dan pengamat sejarah terdorong untuk mengadakan ”Kongres Sejarah Nasional” yang pertama yaitu pada tahun 1957. Pada kongres kedua namanya diubah menjadi ”Seminar Nasional Sejarah”, membicarakan mengenai rencana untuk pembuatan sebuah buku sejarah nasional baru dengan harapan dapat dijadikan semacam buku referensi.

Oleh karena itu penulisan sejarah yang seharusnya adalah:
1. Sebuah penulisan yang tidak sekedar mengubah pendekatan dari eropasentris menjadi indonesiasentris, tetapi juga menampilkan hal-hal baru yang sebelumnya belum sempat terungkap.
2. Penulisan sejarah dengan cara yang konvensional (yang hanya mengandalkan naskah sebagai sumber sejarah) yang bersifat naratif, deskriptif, kedaerahan, serta tema-tema politik dan penguasa diganti dengan cara penulisan sejarah yang kritis (struktural analitis)
3. Menggunakan pendekatan multidimensional.
Caranya yaitu dengan menggunakan teori-teori ilmu sosial untuk menjelaskan kejadiaan sejarah sesuai dengan dimensinya dengan menggunakan sumber-sumber yang lebih beragam daripada masa sebelumnya.
4. Mengungkapkan dinamika masyarakat Indonesia dari berbagai aspek kehidupan yang kemudian dapat dijadikan bahan kajian untuk memperkaya penulisan sejarah Indonesia.
Sebagai contoh:
Tulisan berjudul ”Pemberontakan Petani di Banten 1888” oleh Sartono Kartodirdjo, seorang sejarawan Indonesia pertama yang menggunakan metode multidimensional dalam penulisannya.

Penulisan sejarah Indonesia modern bertujuan untuk melakukan perbaikan dengan menggantiklan beberapa hal seperti:
· Adanya pandangan religio-magis serta kosmologis seperti tercermin dalam babad atau hikayat diganti dengan pandangan empiris-ilmiah.
· Adanya pandangan etnosentrisme diganti dengan pandangan nationsentris.
· Adanya pandangan sejarah kolonial-elitis diganti dengan sejarah bangsa Indonesia secara keseluruhan yang mencakup berbagai lapisan sosial.

SUMBER,BUKTI, dan FAKTA SEJARAH


1. Sumber Sejarah
Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar/landasan dalam menulis kisah-kisah sejarah.
Sumber sejarah terdiri dari :
a. Sumber Benda
Sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan.
Contoh:
Berbagai bangunan bersejarah(candi, makam, istana, pemandian), patung, senjata (kapak persegi, kapak lonjong, pedang,dsb) , artefak (perhiasan kuno, manik-manik, keramik), museum, monumen, tugu peringatan,dsb.
b. Sumber Tertulis
Sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Contoh:
prasasti, dokumen (dokumen-dokumen kenegaraa, surat berharga), ensiklopedi, jurnal, kamus, naskah (teks proklamasi, naskah perjanjian-perjanjian), dan rekaman (CD, foto, kaset, film)
c. Sumber Lisan
Sumber yang diperoleh melalui keterangan langsung dari para pelaku atau saksi peristiwa sejarah.
Contoh:
Pelaku dan saksi tokoh pejuang kemerdekaan

2. Bukti Sejarah
Bukti sejarah adalah segala peninggalan yang berkaitan dengan aktivitas manusia di masa lampau. Bukti tersebut masih tetap dipergunakan oleh manusia masa kini.
Seperti :
· Istana Kepresidenan peninggalan sejarah masa Kolonial Belanda.
· Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.yang dibacakan setiap tanggal 17 Agustus
· Pelabuhan Sunda Kelapa
· Museum Bahari, Museum Fatahilah, Museum Proklamasi,dsb.

3. Fakta Sejarah
Fakta sejarah adalah data sejarah yang telah dikritik (diverifikasi) dan diinterpretasikan (ditapsirkan) oleh sejarawan. Dimana hasilnya kemudian dijadikan dalil, argumentasi atau dasar pemikiran dalam menulis karya sejarahnya.
Fakta hanya merupakan sebagian dari kenyataan sejarah sehingga fakta sejarah tidak sama dengan kenyataan sejarah.
Ada dua macam fakta, yaitu:
Fakta Mental
Fakta mental merupakan fakta yang terkait dengan masalah batin, rohani, dan watak manusia sehingga dapat menentukan baik buruknya perjalanan kehidupan manusia, masyarakat atau bangsa.
Sehingga peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau dapat mempengaruhi mental kehidupan masyarakat di masa kini maupun di masa depan.
Contoh:
Terjadinya peperangan, memberikan fakta mental mengenai akibat perang yang menyisakan kehidupan yang sangat memprihatinkan. Orang akan ada yang merasa kemana-mana tidak aman.
Fakta Sosial
Fakta Sosial merupakan sebuah hasil dari penafsiran data yang menunjukkan aktivitas hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Fakta sosial merupakan suatu bukti yang muncul dari lingkungan sosial masyarakat untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang bersangkutan.
Suatu peristiwa sejarah yang dipengaruhi oleh masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Masalah sosial yang muncul dan berkembang di masyarakat kerap kali menimbulkan suatu peristiwa.
Contoh:
Peperangan yang terjadi dapat menghancurkan tatanan sosial dalam kehidupan suatu bangsa. Sebelum terjadi perang, kehidupan sosial masyarakat terjalin dengan baik, tetapi setelah peperangan semuanya hancur. Dan hubungan sosial yang pernah hancur akibat perang tersebut mulai dibenahi sehingga dapat memunculkan jalinan hubungan sosial yang lebih erat dari masa sebelumnya.


Cara menentukan usia peninggalan sejarah budaya manusia pada masa lampau, ada 3 cara:
1. Tipologi
Merupakan cara penentuan usia budaya berdasarkan bentuk (tipe) dari benda peninggalan itu.
Semakin sederhana bentuk peninggalan budaya manusia, maka usianya semakin tua.

2. Stratigrafi
Merupakan cara penentuan usia suatu benda peninggalan budaya manusia berdasarkan lapisan tanah. Semakin ke bawah lapisan tanah tempat penemuan benda peninggalan budaya manusia, maka semakin tua usianya, demikian pula sebaliknya.

3. Kimiawi
Merupakan cara menentukan usia dari benda peninggalan budaya manusia berdasarkan unsur-unsur kimia yang dikandung oleh benda tersebut.

Jumat, 14 Desember 2007

PENELITIAN SEJARAH INDONESIA

Tahapan Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah atau metode sejarah merupakan penelitian yang mempelajari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pada masa lampau. Adapun tahapan yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah adalah sebagai berikut.
1. Menentukan Topik Penelitian
Hal ini merupakan langkah awal dalam melakukan sebuah penelitian sehingga harus dilakukan.
Menentukan topik merupakan sebuah panduan dalam melakukan penelitian sehingga penelitian tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas.

2. Heuristik (Pengumpulan Sumber Sejarah)
Heuristik merupakan tahap mencari dan mengumpulkan sumber-sumber/informasi yang relevan/sesuai dengan topik/judul penelitian.
Kegiatan ini untuk menghimpun berbagai data dalam usaha mencari jejak-jejak dari peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau.
Menurut bentuknya sumber sejarah ada 3, yaitu sumber benda, sumber tertulis, sumber lisan.
a. Sumber Benda
Sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan.
Contoh: bangunan, patung, senjata, artefak, dsb.
b. Sumber Tertulis
Sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis yang mencatat peristiwa yang terjadi di masa lampau.
Contoh: prasasti, dokumen, naskah, dan rekaman.
c. Sumber Lisan
Sumber yang diperoleh melalui keterangan langsung dari para pelaku atau saksi peristiwa sejarah maupun orang yang menerima keterangan secara lisan dari orang lain.
Menurut sifatnya, ada 2 macam sumber, yaitu:
Sumber Primer, Sumber yang berasal dari pelaku/saksi mata peristiwa sejarah.
Contoh: Biografi, Autobiografi, Notulen Rapat,dsb.
Sumber Sekunder, Sumber yang bukan merupakan sumber primer yaitu saksi tetapi dapt pula berupa buku referensi.
Contoh: Buku-buku penunjang seperti buku Sekitar Jogjakarta 1755-1825 karya Soekanto, buku Perang Padri di Sumatra Barat 1803-1838 karya Muh. Radjab.

3. Verifikasi (Kritik Sumber)
Verifikasi merupakan suatu kegiatan untuk menguji kebenaran/pembuktian terhadap sumber/informasi yang diperoleh, apakah dapat dipercaya kebenarannya atau tidak.
Dalam verifikasi dilakukan perbandingan antara bukti-bukti yang ada, sehingga verifikasi merupakan tahap penilaian terhadap sumber-sumber sejarah.
Dalam tahap ini, peneliti melakukan penyeleksian data yang ditemukan melalui suatu proses pengujian terhadap data-data tersebut baik dari segi materi maupun isinya.
Setelah data tersebut teruji, dinilai apakah relevan dengan permasalahan yang hendak ditulis. Data yang telah teruji dan terpilih ini kemudian disebut sebagai fakta sejarah.

4. Interpretasi (penafsiran)
Interpretasi adalah proses menafsirkan dan merangkaikan unsur-unsur dari data-data yang diperoleh dari berbagai sumber.
Tujuannya untuk memperoleh kumpulan fakta yang memiliki arti, sehingga memperoleh sumber yang benar-benar dapat dipercaya kebenarannya.
Sumber-sumber sejarah yang berupa data-data digunakan untuk mengungkap kebenaran suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, perlu diinterpretasikan/ ditafsirkan terlebih dahulu sehingga data yang ada benar-benar dapat mengungkap suatu peristiwa dengan benar.



Faktor-faktor yang mempengaruhi intepretasi tentang kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Manusia, baik secara individu maupun kelompok.
Dalam suatu masyarakat perlu diketahui apakah mereka masih buta huruf atau sudah dapat membaca. Keadaan ini perlu diketahui dengan jelas karena akan mempengaruhi kredibilitas dari informasi yang diberikan. Apabila kondisi masyarakat telah terdidik, maka informasi data yang diberikan akan lebih dapat dipercaya.

b. Lingkungan Geografis, tempat tinggal mereka
Kondisi buta huruf dapat disebabkan dari kondisi geografis tinggalnya. Penduduk di beberapa daerah memiliki kehidupan yang eksklusif atau tertutup dari pengaruh luar. Ketertutupan tersebut membuat masyarakat buta huruf.

c. Lingkungan Budaya, tempat manusia/masyarakat itu bertempat tinggal
Kondisi sosial budaya dari suatu masyarakat memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Dalam masyarakat tertutup, membatasi diri dari pengaruh luar merupakan bagian dari budaya atau adat dari masyarakat tersebut.
Hal ini menyebabkan tradisi/ adat/ budaya tersebut membatasi manusia untuk memberikan informasi yang akurat.

d. Metafisik/supranatural di luar kemampuan manusia
Faktor ini terkait dengan takdir Tuhan. Manusia tidak dapat mengubah takdir Tuhan walaupun Tuhan sendiri telah memberi kesempatan pada manusia untuk menentukan sendiri jalan hidupnya. Sehingga sebagai seorang sejarawan dalam meneliti kehidupan masyarakat harus menafsirkan setiap informasi yang diungkapkan oleh masyarakat berkait dengan Tuhan.

5. Historiografi

Historiografi merupakan proses penulisan sejarah berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan, dikritik, dan diinterpretasikan tadi.
Dalam proses penulisan harus didasarkan metodologi sejarah serta diperlukan kecakapan/kemahiran tertentu. Dengan itu diharapkan penulisannya dapat bersifat kritis dan analisis yang menitikberatkan pada keakuratan dari peristiwa-peristiwa sejarah sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara Ilmiah.

PENELITIAN SEJARAH LISAN

Pengertian Sejarah Lisan
Merupakan sejarah yang disusun atas dasar wawancara dengan tokoh baik itu pelaku maupun saksi yang sejaman dengan peristiwanya.

Penelitian Sejarah Lisan
Merupakan penelitian sejarah untuk mengumpulkan bahan-bahan melalui wawancara dengan pelaku atau saksi sejarah mengenai suatu masalah yang sedang diteliti oleh pewawancara.

Manfaat melakukan penelitian sejarah lisan, adalah sebagai berikut.
1. Menyelamatkan sumber sejarah dikarenakan terbatasnya sumber lisan yang masih hidup.
2. Untuk mengungkap berbagai permasalahan kesejarahan yang belum terungkap melalui sumber tertulis.
3. Untuk mengungkapkan berbagai peristiwa mengenai kehidupan masyarakat biasa/ kalangan bawah (khalayak). Sebaba, pada umumnya kegiatan masyarakat bawah tidak tercatat atau jarang ada yang mau mencatatnya.
Contoh:
Tradisi mudik masyarakat menjelang hari lebaran
Peristiwa yang dicatat umumnya hanya yang bersifat nasional maupun yang berkaitan dengan tokoh-tokoh besar.

Kelebihan dari penelitian sejarah lisan :
a. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan adanya komunikasi dari dua arah (antara peneliti dengan tokoh) sehingga jika ada hal yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan pada nara sumber.
b. Penulisan sejarah menjadi lebih demokratis (terbuka) karena memungkinkan sejarawan untuk mencari informasi dari semua golongan masyarakat (baik rakyat biasa sampai pejabat)
c. Melengkapi kekurangan data atau informasi yang belum termuat dalam sumber tertulis atau dokumen.

Kekurangan dari Sejarah Lisan :
a. Keterbatasan daya ingat seorang pelaku/saksi sejarah terhadap suatu peristiwa.
b. Memiliki subjektifitas yang tinggi dikarenakan sudut pandang yang berbeda dari masing-masing pelaku dan saksi terhadap sebuah peristiwa. Sehingga mereka akan cenderung memperberbesar peranannya dan menutupi kekurangannya.

Sebelum melakukan wawancara dengan tokoh kita perlu melakukan Kritisi terhadap sumber yang akan diwawancari. Hal yang harus dikritisia dalah sebagai berikut.
a) Apakah tokoh tersebut terkait dengan permasalahan (topik) yang hendak kita ungkap?
b) Seberapa besar keterkaitan tokoh tersebut dengan peristiwa yang hendak diungkapkan?
c) Berapa usianya sekarang apakah sejaman dengan permasalahan yang ingin diungkap ?
d) Apakah cukup sehat lahir dan batin?
e) Apakah masih ada tokoh lain yang sejaman dengannya untuk dijadikan pembanding (cross-check)?

Sumber Sejarah Lisan:
Sumber sejarah lisan dapat berupa sumber pertama (sumber primer), sumber kedua (sumber sekunder), bahkan sumber ketiga, keempat, dsb.
1. Sumber Pertama
Sumber pertama bisa disebut sebagai sumber primer. Dalam hal ini yang termasuk sumber primer adalah orang yang terlibat secara langsung dalam sebuah peristiwa. Seperti, pelaku sejarah, reporter berita yang meliput peristiwa dari awal hingga akhir.

Kelebihan dari wawancara dengan sumber primer :
· Mereka adalah orang yang tahu pasti sebuah kejadian sehingga dapat memberikan keterangan yang sejelasnya.
· Apa yang disampaikan akan mendekati kebenaran dari suatu peristiwa.
Kekurangan dari wawancara dengan sumber primer :
§ Keterangan yang diberikan bersifat subjektif ada beberapa hal yang tidak dapat terungkap jika itu dipandang buruk oleh pelaku sejarah.

2. Sumber Kedua
Sumber kedua bisa disebut sebagai sumber sekunder. Yang termasuk sumber sekunder adalah mereka yang menyaksikan atau melihat kejadian tersebut.
Kelebihan dari saksi sejarah :
ü Ia adalah orang yang menyaksikan suatu peristiwa sehingga dapat memberikan keterangan mengenai kejadian yang ia saksikan. Sehingga keterangan yang ia sampaikan dapat memperkuat keterangan yang diberikan pelaku.
Kekurangan dari saksi sejarah :
Ø Berita yang disampaikan oleh para saksi dapat berupa berita atau kebenaran yang sepihak, tergantung dari pihak mana saksi itu berasal dan kepada siapa saksi itu berpihak.
Ø Keterangan dari saksi belum dapat dianggap sebagai suatu keterangan yang utuh (lengkap). Hal ini dikarenakan para saksi tidak dapat melihat rangkaian suatu peristiwa secara utuh melainkan hanya sebagian yaitu yang ia saksikan.

Langkah-langkah penelitian sejarah lisan:
1) Menentukan topik penelitian
2) Mencari sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan topik tersebut.
3) Merumuskan masalah yang sekiranya ada.
4) Mencari informasi mengenai sumber yang dapat diwawancarai dan menentukan orang yang akan kita wawancarai (kritisi terhadap nara sumber).
5) Melakukan wawancara dengan sumber lisan
6) Melakukan cross-check(pembanding) sumber dengan sumber yang lain.
7) Menuangkan hasil wawancara kedalam bentuk tulisan.

Contoh tulisan sejarah lisan :
Nugroho Notosusanto (1979), Tentara Peta pada Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia.
R.Z. Leirissa (1992), PRRI/Permesta: Strategi Pembangunan Indonesia tanpa Komunis.Robert B.Cribb (1984), Jakarta in the Indonesian Revolution

AWAL PENULISAN SEJARAH INDONESIA


PENGARUH MASUKNYA BUDAYA INDIA KE INDONESIA
Kepulauan Indonesia, pada zaman kuno terletak pada jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia. Kehadiran orang India di kepulauan Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan di berbagai bidang di wilayah Indonesia.
Hal itu terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama.

Pengaruh India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
· Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi.
Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa.
Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
Ø Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
Ø Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
Ø Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.

· Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi.
Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.

· Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.

· Aksara/tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.

· Kesusastraan
Setelah masyarakat Indonesia mengenal tulisan maka seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Pengaruh kesusastraan masa Hindu-Budha tampak dalam bentuk prosa dan puisi (tembang). Tembang Jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.
Pengaruh India pada seni sastra tampak dengan munculnya karya-karya sastra berupa kitab-kitab yang terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah. Contoh kitab tersebut :Negarakertagama, Sutasoma, Baratayuda, dsb.
Kitab-kitab tersebut perkembangannya berisi karya-karya India yang telah digubah (disesuaikan keadaan masyarakat Indonesia) oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh.
Bahkan karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa). Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

2. Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.

3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebelum masuknya pengaruh India sudah tampak pada adanya sistem gotong-royong, pembagian kerja dalam masyarakat, meskipun belum sangat teratur. Seiring perkembangan zaman serta ciri masyarakat Indonesia yang terbuka terhadap unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri. Maka ketika Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Pengaruh India ke Indonesia pada bidang sosial tampak sekali dengan penerapan sistem kasta (pengolongan masyarakat berdasarkan jenis pekerjaannya) dalam masyarakat dimana masyarakat dibagi menjadi 4 kasta utama yaitu brahmana, ksatria, waisya, sudra.

4. Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap benda-benda yang disebut dengan animisme (benda-benda dianggap memiliki roh atau jiwa) dan dinamisme (benda-benda dianggap memiliki kekuatan).
Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.

REKAMAN TERTULIS DALAM TRADISI MASYARAKAT INDONESIA

Zaman sejarah di Indonesia diawali sejak abad ke-5 M setelah masuknya pengaruh India (Hindu-Budha). Mengenal tulisan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Hal ini dikarenakan dengan tulisan mereka dapat mencatat berbagai peristiwa yang terjadi pada masanya sehingga dapat menyebarkan dan mewariskan berbagai macam tradisi, nilai, kepercayaan, dan budayanya kepada masyarakat di sekitarnya maupun generasi penerus. Bukti-bukti tertulis yang ditinggalkan sehingga dapat dibaca dan dipelajari oleh generasi selanjutnya, sehingga mereka dapat memahami dan menafsirkan kehidupan generasi terdahulu dan memperkuat akar dan jati diri masyarakat yang bersangkutan. Di antara bukti-bukti tertulis itu terdapat prasasti, kitab-kitab agama, karya-karya sastra dan sebagainya.
1. PRASASTI
Prasasti adalah peninggalan tertulis yang dipahatkan dan dilukiskan pada bahan yang tidak mudah musnah, seperti batu, logam, dan gading.
Pada umumnya prasasti menuliskan suatu peristiwa yang cukup penting pada masa lampau. Prasasti biasanya dibuat atas perintah raja yang berkuasa.
Tujuan pembuatan prasasti adalah untuk mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami oleh seorang raja atau sebuah kerajaan.

Contoh prasasti pada awal perkembangan kebudayaan Hindu-Budha.
a. Prasasti Kutai di Kalimantan Timur
Prasasti berupa tujuh buah yupa(tugu batu) yang diperkirakan berasal dari tahun 400 M, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Sansekerta.
Isinya, peringatan upacara kurban agama Hindu yang diperintahkan oleh Raja Mulawarman, Putra Aswawarman, dan cucu Kudungga.

b. Prasasti Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat
Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Contohnya: Prasasti Ciaruteun (pahatan telapak kaki dan tulisan), Prasasti Kebon Kopi (pahatan telapak kaki gajah dan tulisan), Prasasti Jambu (pujian terhadap Purnawarman), Prasasti Pasir Awi (memuat syair pujian terhadap Raja Purnawarman), Prasasti Tugu (berita tentang penggalian saluran Sungai Gomati), Prasasti Muara Cianten, Prasasti Cidang Hiang.

c. Prasasti Kerajaan Sriwijaya
Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.
Contohnya: Prasasti Kedukan Bukit (Dapunta Hyang menaklukkan beberapa daerah), Prasasti Talang tuo (perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk), Prasasti Telaga Batu (berisi kutukan kepada siapa saja yang tidak setia pada raja), Prasasti Kota Kapur (berisi permohonan kepada dewa untuk menjaga Sriwijaya dan menghukum para penghianat Sriwijaya).

d. Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Canggal (654 Saka/732 M), menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, mengenai pendirian sebuah lingga atas perintah Raja Sanjaya di atas bukit Kunjarakunja.
Prasasti Matyasih (prasasti Kedu) (829 Saka/907 M), berisi tentang raja-raja yang memerintah sebelum Dyah Balitung.
Prasasti Ritihang, berbahasa Jawa Kuno ditulis dengan huruf Pallawa berangka tahun 863 Saka/ 914 M.
e. Prasasti Kerajaan Syailendra
Prasasti Kalasan, berangka tahun 700 Saka (778 M), berbahasa Sansekerta, dan ditulis dengan huruf Pra-Nagari.
Prasasti Klurak (dekat Prambanan), berangka tahun 704 Saka (782 M), ditulis dengan bahasa Sansekerta dan huruf Pra-Nagari. Mengenai pembuatan arca Manjusri.

2. KITAB
Kitab merupakan sebuah karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengungkap suatu peristiwa di masa lampau. Para pujangga biasanya menulis atas perintah raja. Itulah sebabnya isi tulisannya banyak menulis keagungan dan kebesaran raja yang bersangkutan. Diantara kitab-kitab yang terkenal pada masa kerajaan Hindu-Budha:
1.) Pada zaman Kediri dihasilkan kitab:
· Arjunawiwaha
Merupakan karya Mpu Kanwa pada tahun 1030 M, pada masa pemerintahan Airlangga.
Isinya meriwayatkan Arjuna yang bertapa untuk mendapatkan senjata guna keperluan perang melawan Kurawa.
· Kresnayana
Karya Mpu Triguna. Memuat riwayat Kresna semasa kecil. Cerita yang mirip dengan Kresnayana adalah cerita dalam kitab Hariwangsa karya Mpu Panuluh, yang digubah pada zaman Raja Jayabaya, dan berisi kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukhimi.
· Smaradahana
Karya Mpu Dharmaja pada masa Sri Kameswara. Mengisahkan hilangnya suami istri Dewa Kama dan Dewi Ratih karena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa.
· Baratayudha
Karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Isinya tentang peperangan 18 hari antara keluarga Pandawa dan Kurawa.
· Gatotkacasraya
Karangan Mpu Panuluh, menceritakan perkawinan Abimanyu, putra Arjuna, dengan Siti Sundhari atas bantuan Gatotkaca, putra Bima.Ditulis pada zaman Raja Jayabaya.

2) Pada zaman Majapahit I
· Negarakertagama
Ditulis pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk oleh Mpu Prapanca. Mengenai kerajaan Singasari dari masa pemerintahan Ken Arok, raja pertama Singosari hingga Hayam Wuruk.
· Sutasoma
Karangan Mpu Tantular. Menceritakan Sutasoma, putra raja yang kemudian mendalami agama Budha. Dalam kitab ini terdapat kata Bhinneka tunggal ika,tan hana dharma mangrwa. Kata bhinneka tunggal ika inilah yang kemudian menjadi semboyan persatuan kita.
· Arjunawijaya
Karangan Mpu Tantular. Kitab mengisahkan raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan Raksasa Rahwana.
· Kutaramanawa
Ditulis oleh Gajah Mada. Disusun berdasarkan kitab hukum Kutarasastra dan kitab hukum Munawasastra, dan kemudian disesuaikan dengan hukum adat pada waktu itu.

3) Pada zaman Majapahit II
· Pararaton
Pararaton berisi dongeng dan mitos. Pengarangnya sampai sekarang belum diketahui. Terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama berisi riwayat Ken Arok sampai raja-raja Sigasari. Bagian kedua mengisahkan Kerajaan Majapahit mulai dari Raden Wijaya, Jayanegara, pemberontakan Ronggolawe dan Sora, Perang Bubad, dan daftar raja sesudah Hayam Wuruk.
· Tantu Panggelaran
· Calon Arang
· Sundayana
· Paman Canggah
· Usana Bali
· Cerita Parahiyangan
· Bubhuksah dan Gagang Aking
Pada masa Islam muncul banyak karya sastra seperti:
Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rahwana, Hikayat Pancatantra.

Selain kitab ada pula cerita panji seperti:
Syair Ken Tambunan, Lelakon Mahesa Kuitir, Syair Panji Sumirang, Cerita Wayang Kinundang, Hikayat Panji Kuda Sumirang, Hikayat Cekal Wenengpati, Hikayat Panji Wilakusuma.

Selain itu terdapat pula kitab suluk (kitab yang bercorak magis, berisi ramalan, penentuan hari baik dan buruk, dan pemberian makna terhadap suatu kejadian) seperti:
o Suluk Sukrasa, menceritakan Ki Sukrasa yang mencari ilmu untuk mendapatkan kesempurnaan.
o Suluk Wujil, berisi wejanagan Sunan Bonang kepada Wujil, bekas abdi Raja Majapahit.
o Suluk Malang Sumirang, berisi pujian dan mengungkapkan seseorang yang telah mencapai kesempurnaan dan bersatu dengan Tuhan YME.

Kitab yang ditulis oleh para pujangga dari kerajaan Islam di Indonesia diantaranya:
a) Kitab Bustanu’Issalatin, ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri dari Aceh.Berisi mengenai adat-istiadat Aceh dan ajaran agama Islam
b) Kitab Sastra Gending, ditulis oleh Sultan Agung dari Mataram. Berisi tentang ajaran-ajaran filsafat. Serta kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata yang bersumber pada kitab Ramayana. Berisi tentang tabiat baik.
c) Kitab Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahi’e oleh Amanna Gappa dari Makasar. Berisi tentang hukum-hukum perniagaan bagi kerajaan Makasar.

3. Dokumen
Dokumen adalah surat berharga yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Dokumen-dokumen tersebut harus didokumentasikan.
Sedangkan Dokumentasi itu sendiri adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dari berbagai bidang. Dapat berupa pengumpulan bukti-bukti atau keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, bahan referensi, dsb.
Dokumen merupakan sesuatu yang sangat berharga baik itu bagi pemakainya maupun pembuatnya.

TRADISIS MESYARAKAT INDONESIA SEBELUM MENGENAL TULISAN

A. Tradisi Masyarakat Sebelum Mengenal Tulisan
Dilakukan melalui tradisi lisan, dimana pengertian tradisi lisan itu sendiri adalah sebagai berikut.
Ø Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat, menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada orang lain.
Ø Tradisi lisan dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari satu generasi ke generasi yang lain,dst.
Ø Menurut Kuntowijoyo,tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau masyarakat manusia.

Tradisi sejarah masyarakat sebelum menggenal tulisan merupakan tradisi dalam mewariskan pengalaman masa lalu serta pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, nilai moral pada generasi mereka sendiri dan generasi yang akan datang melalui tradisi lisan, peringatan-peringatan berupa bangunan serta alat hidup sehari-hari. Tradisi lisan mengandung kejadian-kejadian sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu dan mantra, serta petuah leluhur.

Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya.

Sebagai contoh tradisi lisan:
Aktivitas bercocok tanam sampai sekarang masih ada karena diwariskan secara bertahap dan turun temurun dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya.
Aktivitas membuat gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang semakin berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya?

1. Cara Masyarakat Mewariskan Masa Lulunya
Proses pewarisan kebudayaan pada masyarakat yang eblum mengenal tulisan dilakukan melalui keluarga dan masyarakat atau orang lain disekitarnya.
a. Keluarga
Penggenalan dilakukan dari hal-hal sederhana yang mudah dipahami seperti:
· aspek-aspek material (benda buatan manusia yang dapat diraba dan dilihat)
· hingga proses pengenalan yang lebih rumit yaitu kebudayaan non material (kepercayaan, nilai, norma, dan bahasa).

Pewarisan tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi adat istiadat/kebiasaan baik secara:
§ langsung (secara lisan diberitahukan mengenai tradisi dan adat istiadat yang berlaku)
§ tidak langsung (dengan memberi contoh dalam hal perilaku sehari-hari).
§ Selain disampaiakan secara lisan, juga dilakukan melalui cerita atau dongeng (sebab dalam dongeng disisipkan pesan-pesan mengenai nilai-nilai atau sesuatu yang dipandang baik untuk dilakukan maupun mengenai sesuatu yang dipandang tidak boleh dilakukan.
b. Masyarakat
Masyarakat merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu hubungan sosial yang tersetruktur.

Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui:
Ø Tradisi dan adat istiadat (nilai,norma yang mengatur perilaku dan hubungan antar individu dalam kelompok).
Adat istiadat yang berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. Adat istiadat sebagai sarana mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak sama persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami berbagai perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar untuk terus dikembangkan dan diperbaharui.
Ø Nasihat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasihat tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan kemudian disampaikan secara lisan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Ø Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam menaklukkan alam) dalam masyarakat.
Contoh:
Adanya keyakinan bahwa roh-roh harus dijaga, disembah, dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk sesaji.
Pemimpin kelompok menyampaikan secar lisan sebuah ajaran yang harus ditaati oleh anggota kelompoknya.
Ø Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya hanya dengan melihatnya.
Contoh:
Benda-benda (kapak lonjong) dan berbagai peninggalan manusia purba dapat menggambarkan keadaan zaman masyarakat penggunanya.
Ø Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejarah lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang mereka buat.

Seperti:
Menhir (tugu batu), merupakan tugu peringgatan bagi generasi yang akan datang behwa di tugu tersebut terdapat arwah nenek moyang yang harus disembah.


2. Jejak-jejak Sejarah Masyarakat Indonesia sebelum Mengenal Tulisan
Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan sejarah (historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang sezaman.
Terdapat sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan dalam ingatan manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan.
a. Folklor
Folklor adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.

Ciri-ciri folklor:
v Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
v Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
v Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
v Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
v Folklor terdiri atas banyak versi
v Mengandung pesan moral
v Mempunyai bentuk/berpola
v Bersifat pralogis
v Lugu, polos

Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.

2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.

3) Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat
Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional

b. Mitologi
Mite (myth)
berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.
Mitologi
adalah ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan.

Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau yang lama.

Cerita yang dimilki setiap suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan sejarah kehidupan masyarakat di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat menempati suatu daerah. Kisah tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta petualangan para dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang mereka, dunia dewata, makanan pokok.

Cerita-cerita yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya terdapat unsur-unsur sejarahnya.
Contoh mite:
Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali
Nyai Pohaci dari Jawa Barat
Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta
Mado-Mado (lowalangi) dari Nias
Wahadi dari Timor.

Mitos di Indonesia dibagi menjadi 2 macam berdasarkan tempat asalnya, yakni:
1) Asli Indonesia
2) Berasal dari luar negeri terutama dari India, Arab, dan kawasan Laut Tengah.
Mitos dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi.
Sebagai contoh:
Orang jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.

c. Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
· Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
· Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
· Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
· Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.
· Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya.
Contoh Legenda:
Legenda Sunan Bonang, Tangkuban Perahu (Sangkuriang) dari Jawa Barat, Putmaraga dari Banjarmasin (Kalimantan), Pinisi (Sawerigading) dari Sulawesi, Hang Tuah dari Aceh.

Jan Harold Brunvard menggolongkan legenda menjadi 4 kelompok, yaitu:
(1) Legenda keagamaan (religious legend)
Termasuk dalam legenda ini adalah legenda orang-orang suci atau saleh (hagiografi). Hagiografi meskipun sudah tertulis tetapi masih merupakan folklor sebab versi asalnya masih tetap hidup diantara rakyat sebagai tradisi lisan.
Contoh: Legenda Wali Songo.

(2) Legenda Alam Gaib
Legenda ini berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang, berfungsi untuk meneguhkan kebenaran”takhyul” atau kepercayaan rakyat.
Contoh: kepercayaan terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-tempat gaib.

(3) Legenda Setempat
Legenda yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu daerah.
Contoh: terbentuknya Danau Toba.

(4) Legenda Perseorangan
Cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar pernah terjadi.
Conto: Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering berintegrasi dengan dongeng “Ande-ande Lumut” dan dongeng ‘Kethek Ogleng”

d. Dongeng (folktale)
Dongeng merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat oleh waktu maupun cerita.
Dongeng adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan.
Diceritakan untuk hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.
Tokohnya, biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil, maupun manusia seperti Bawang Merah dan Bawang Putih.
Terkadang ada pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng.
Contoh :
“Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini cerita Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif.

e. Lagu-lagu Daerah
Lagu adalah syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik.
Lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah.
Ciri-cirinya:
Ø Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan.
Ø Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop)
Ø Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian, berbentuk tradisional.
Ø Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang cukup rumit.
Contoh:
Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh di Mato.

Fungsi nyanyian rakyat:
1. Kreatif, yaitu untuk menghilangkan kebosanan hidup sehari-hari untuk menghibur diri dan untuk mengiringi permainan anak-anak.
2. Sebagai pembangkit semangat, yaitu nyanyian untuk bekerja.
Holopis Kuntul Baris (Jawa Timur), rambate Rata(Sulawesi Selatan)
3. Sebagai protes sosial, yaitu proses mengenai ketidakadilan dalam masyarakat atau negara bahkan dunia.
4. Untuk memelihara sejarah setempat dan klan.
“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.

Menurut Brunvand, nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:
a. Nyanyian rakyat yang berfungsi
b. Nyanyian rakyat yang bersifat liris
Nyanyian bersifat liris biasanya sebagai pencetusan rasa haru pengarangnya (anonim). Nyanyian, dibedakan menjadi dua yaitu:
- nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, contoh: Lagu Cinte Manis
- Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, contoh: Pok Ame-ame dan Oh Mama Saya Mau Kawin dari Betawi.
c. Nyanyian rakyat yang bersifat kisah
Contohnya:
Balada (sentimental) Pantun Sunda
romantik(tentang cinta)
epos (kepahlawanan) Ramayana

f. Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan)
Contoh:
Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.

Fungsi Upacara:
1. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada mereka.
Upacara tersebut juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Biasanya terkait dengan legenda yang berkembang di masyarakat tentang asal usul mereka.
2. Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka seperti tertuang dalam cerita rakyat.
Contoh:
Upacara “Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo.
Upacara “Larung Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut.
Upacara “ Seren Taun” di daerah Kuningan
Upacara “ Mapang Sri” di daerah Parahyangan

Macam-macam upacara:
· Upacara Membuat Rumah
Rumah dipandang memilki nilai magis tersendiri yang diyakini memiliki kekuatan dan melindungi kehidupan manusia. Sehingga, ketika pertama kali mendirikan rumah mereka menggunakan berbagai macam sesaji yang dipercayai dapat mendukung keselamatan keluarga atau orang yang mendirikan rumah, seperti di daerah Toraja, Bali, dan Madura.
· Upacara kematian/ Penguburan
Muncul ketika adanya kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal. Contoh: tradisi penguburan di suku Toraja.
· Upacara Perkawinan
Pada suku Minangkabau, menganut garis keturunan matrilineal, sehingga upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga istri. Berbeda dengan suku Batak dan Bali yang menganut garis keturunan patrilineal dimana upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga laki-laki.

JENIS-JENIS SEJARAH

Berbagai peristiwa sejarah yang terjadi dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis.
Berdasarkan wilayah pembahasannya (secara umum) digongkan menjadi 3 yaitu :
A. Sejarah Lokal
Merupakan sejarah yang mengungkap peristiwa yang terjadi di suatu daerah/ lokal tertentu dan dampaknya tidak menyebar ke daerah lain.
Sejarah lokal meliputi berbagai peristiwa dengan berbagai aspek baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dsb yang berkembang di masyarakat dalam suatu wilayah tertentu.
Contoh :
Ø Peran Rakyat Sleman dalam upaya mempertahankan kota Yogyakarta dari serangan Belanda tahun 1948.
Ø Upacara Tabut di Bengkulu.
Ø Kehidupan masyarakat petani tembakau di Temanggung.
Ø Pemberontakan Petani di Banten 1988.

B. Sejarah Nasional
Merupakan sejarah yang mengungkap peristiwa yang terjadi di suatu daerah tetapi dampak/pengaruhnya terjadi pada daerah lain bahkan pada satu negara (nation).
Sejarah Nasional merupakan puncak dari sejarah-sejarah yang terjadi di tingkat lokal.
Contoh :
o Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945
o Krisis Moneter di Indonesia

C. Sejarah Internasional (dunia)
Merupakan suatu peristiwa sejarah yang terjadi di suatu daerah maupun suatu negara yang dampaknya mempengaruhi perkembangan dunia internasional.
Contoh :
ü Perang Dunia I
ü Revolusi Industri


Jenis sejarah berdasarkan Temanya dapat kita golongkan menjadi :
1. Sejarah Politik
Merupakan sejarah yang digerakkan dan disebabkan oleh adanya berbagai hal yang berkaitan dengan masalah-masalah politik, faktor politik, dan kehidupan politik.
Sejarah politik biasanya membahas mengenai tokoh-tokoh besar, perkembangan ketatanegaraan, sistem pemerintahan, struktur kekuasaan, kepemimpinan, peranan elite, jaringan politik, dan mobilisasi masa.
Contoh :
· Indonesia masa pemerintahan Belanda.
· Pemilihan Umum di Indonesia tahun 1955
· Runtuhnya kekuasaan Rezim Suharto
· dsb (Silahkan cari contoh lainnya yang sesuai minimal 7 lagi)

2. Sejarah Sosial
Merupakan sejarah yang membahas mengenai berbagai masalah sosial yang muncul dan berkembang di masyarakat. Selain itu membicarakan mengenai golongan masyarakat, kehidupan sehari-hari, gerakan sosial, dsb.
Contoh :
v Kehidupan sosial masyarakat di daerah Muara Karang.
v Pemberontakan Petani Banten 1888 (Karya Sartono Kartodirjo)
v Peran golongan kyai dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
v dsb (Silahkan cari contoh lainnya yang sesuai minimal 7 lagi)

3. Sejarah Ekonomi
Merupakan sejarah yang memfokuskan kajiannya pada masalah-masalah ekonomi dan konsep-konsep ekonomi.
Sejarah ekonomi dapat pula diartikan sebagai studi mengenai kejadian-kejadian perekonomian di masa lampau.
Contoh :
§ Sistem perpajakan di Indonesia masa orde lama.
§ Perkembangan tanaman ekspor dan perkebunan pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia.
§ Sistem perdagangan di Asia Tenggara.
§ dsb (Silahkan cari contoh lainnya yang sesuai minimal 7 lagi)

4. Sejarah Kebudayaan
Merupakan sejarah mengenai kehidupan manusia yang berhubungan dengan kebudayaan.
Seperti halnya mengenai benda-benda yang digunakan manusia, kegiatan upacara adat, gaya hidup, dan siklus kehidupan manusia.
Contoh :
Ø Perkembangan Pagelaran sendratari Ramayana di Prambanan.
Ø Upacara adat ruwatan di Yogyakarta
Ø Makam raja-raja di Imogiri Yogyakarta.
Ø Keberadaan Etnis Cina di Bengkulu
Ø dsb (Silahkan cari contoh lainnya yang sesuai minimal 7 lagi)

5. Sejarah Intelektual
Merupakan sejarah yang mengkaji mengenai gagasan, ide, cara berpikir manusia pada masa lampau.
Biasanya, mengkaji mengenai ideologi politik (seperti: kapitalisme, liberalisme, komunisme,dsb), ide, idealisme, jiwa, dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat.
Contoh :
ü Pemikiran Hitler untuk mengembangkan gerakan Nazi di Jerman.
ü Pemikiran Karl Marx mengenai komunisme yang dikembangkan oleh Lenin dan Stalin di Uni Soviet
ü Pemikiran Cristophorus Columbus mengenai bumi.
ü Perkembangan penemuan alat komunikasi di dunia.
ü dsb (Silahkan cari contoh lainnya yang sesuai minimal 7 lagi)

MANFAAT BELAJAR SEJARAH

MANFAAT BELAJAR SEJARAH


Pengajaran sejarah yang diberikan di sekolah bukan hanya sekedar untuk mendapatkan nilai tetapi pengajaran sejarah secara formal tersebut mempunyai arti yang luas dan mendalam. Dalam kehidupan masyarkat sejarah mempunyai arti dan peran penting sebab dengan belajar sejarah akan menjadikan kita bijaksana, terhibur, berwawasan luas, memiliki semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi. Sebagai sebuah cabang ilmu, sejarah hanya akan berguna jika ada kaitannya dengan masyarakat secara timbal balik. Sehingga, sejarah harus berguna bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan sejarah itu sendiri. Menurut Nugroho Notosusanto dan Louis Gotschalk guna sejarah dibagi menjadi empat kelompok atau kategori, yaitu guna edukatif, guna instruktif, guna inspiratif, dan guna rekreatif.

1. Fungsi dan Guna Edukatif (sebagai pelajaran)
· Dengan belajar sejarah dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap
manusia. Kejadian yang telah terjadi dan pernah dilakukan di masa lampau akan dijadikan pengalaman bagi suatu bangsa untuk melangkah lebih lanjut. Pengalaman tersebut dapat yang dialami sendiri maupun pengalaman dari generasi sebelumnya.
· Sejarah sebenarnya merupakan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari manusia sehingga dengan belajar dari sejarah manusia dapat mengembangkan potensinya dan menjadi lebih bijaksana dan arif dari peristiwa yang dialami di masa lalu guna menghadapi masa depan dan menjadi petunjuk dalam berperilaku.
Contoh :
Membaca dan melihat kejadian tragedi Mei 1998 membuat kita belajar dari peristiwa tersebut, misalnya dari peristiwa tersebut terdapat kebebasan setiap orang untuk berpendapat tapi peristiwa tersebut banyak memberikan dampak negatif bagi bangsa Indonesia.

2. Fungsi dan Guna Inspiratif
Sejarah dapat memberikan inspirasi melalui berbagai karya sejarah yang dibaca oleh pembacanya maupun berbagai peristiwa sejarah yang dipelajarinya serta didengarnya.
Karya sejarah memberikan inspirasi kepada para pembacanya atau yang mempelajarinya biasanya berkisar tentang perjuangan para pahlawan menentang penjajahan. Ataupun tindakan kepahlawanan dan peristiwa-peristiwa gemilang masa lampau yang dapat mengilhami perjuangan kita sekarang.
Contoh :
· Pendidikan untuk kaum wanita yang dilakukan oleh Kartini memberikan inspirasi kepada dewi Sartika untuk membangun sekolah-sekolah wanita demi kemajuan bangsa
· Penyatuan Nusantara oleh Gajah Mada di bawah pemerintahan kerajaan Majapahit memberi inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk senantiasa bersatu menjaga wilayahnya dari ancaman disintegrasi bangsa.

3. Fungsi dan Guna Instruktif
Sejarah digunakan untuk membantu menyampaikan suatu ilmu pengetahuan atau keterampilan, dalam suatu proses pembelajaran kepada subjek belajar.
Contoh :
· Ketika berbicara mengenai pemerintahan di Indonesia kita pasti akan memasukkan unsur sejarah didalamnya sebagai upaya untuk dapat membantu menyampaikan dengan baik.
· Ketika pelajaran biologi berbicara mengenai proses evolusi pasti membutuhkan ilmu bantu sejarah untuk menyampikannya

4. Fungsi dan Guna Rekreatif
- Dengan membaca seseorang mengetahui keadaan mengenai suatu peristiwa yang terjadi di suatu wilayah tanpa ia harus pergi dan melihat ke tempat terjadinya. Kita cukup membutuhkan imajinasi untuk membayangkan kejadiannya. Sehingga seolah-olah dia dapat berekreasi ke masa lalu dan berpetualang menembus dimensi ruang dan waktu.
- Kita dibawa oleh sejarah untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa yang jauh dari kita, yang mungkin saja kita tidak tahu tempatnya sehingga seolah-olah seseorang sedang berekreasi ke suasana yang lalu.
Contoh :
Ketika kita membaca mengenai kebudayaan Yunani-Romawi Kuno, kita bisa membayangkan bagaimana keadaan disana dengan berbagai peninggalan kebudayaan yang sangat megah. Kita dapat mengetahui tanpa harus menyaksikan sendiri daerah tersebut. Kita dapat mengetahui cara hidup, kebiasaan, tindakan, hasil karya, bentuk istana masa lampau.

Selain keempat guna tersebut sejarah juga dapat sebagai Alat Politik Penguasa
Yaitu bahwa Sejarah seringkali dijadikan sebagai alat politik rezim (sistem pemerintahan) yang sedang berkuasa terutama rezim totaliter.


REFLEKSI :
Bagi masyarakat yang mempunyai pemikiran maju, membaca merupakan kebutuhan psikis yang dapat menjadi kesenangan. Sebab terkadang orang membaca sebagai pengisi waktu luang dan tak jarang buku-buku tersebut dapat memberikan inspirasi bagi mereka. Memberikan kesenangan dan rasa estetis karena bentuk dan susunannya yang harmonis/indah.
Dari uraian diatas diharapkan dengan belajar sejarah kita akan menjadi bijaksana, terhibur, berwawasan luas, memiliki semangat patriotisme yang tinggi serta memiliki rasa nasionalisme yang kuat.

Rabu, 07 November 2007

DASAR-DASAR SEJARAH

Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita.
Sejarah sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena:
ü Sejarah merupakan gambaran kehidupan masyarakat di masa lampau
ü Dengan sejarah kita dapat lebih mengetahui peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau
ü Peristiwa yang terjadi di masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang
ü Dengan sejarah kita tidak sekedar mengingat data-data dan fakta-fakta yang ada tetapi lebih memaknainya dengan mengetahui mengapa peristiwa tersebut terjadi

A. Pengertian sejarah
Secara etimologi atau asal katanya Sejarah diambil dari berbagai macam istilah. Diantaranya:
· Kata dalam bahasa Arab yaitu syajaratun artinya pohon.
Mereka mengenal juga kata syajarah annasab, artinya pohon silsilah.
Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/ dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih komplek/ maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
· Dalam bahasa Jerman, yaitu Geschichte berarti sesuatu yang telah terjadi.
· Dalam bahasa Belanda yaitu Geschiedenis, yang berarti terjadi.
· Dalam bahasa Inggris yaitu History, artinya masa lampau umat manusia.
· Kata History sebenarnya diturunkan dari bahasa latin dan Yunani yaitu Historia artinya informasi/pencarian, dapat pula diartikan Ilmu.
Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah sepenuhnya bergantung kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi.
Istor dalam bahasa Yunani artinya orang pandai Istoria artinya ilmu yang khusus untuk menelaah gejala-gejala dalam urutan kronologis.
· Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah mengandung 3 pengertian:
1. Sejarah adalah silsilah atau asal-usul.
2. Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
3. Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Berdasarkan asal kata tersebut maka sejarah dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.

Jadi pengertian sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.

B. KONSEP DASAR SEJARAH
Sejarah mempunyai sifat yang khas dibanding ilmu yang lain,yaitu:
1) Adanya masa lalu yang berdasarkan urutan waktu atau kronologis.
2) Peristiwa sejarah menyangkut tiga dimensi waktu yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang
3) Ada hubungan sebab akibat atau kausalitas dari peristiwa tersebut
4) Kebenaran dari peristiwa sejarah bersifat sementara (merupakan hipotesis) yang akan gugur apabila ditemukan data pembuktian yang baru.

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi di masa lampau.
Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sehingga, sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan datang.
Masa Lampau, merupakan masa yang telah dilewati oleh masyarakat suatu bangsa dan masa lampau itu selalu terkait dengan konsep-konsep dasar berupa waktu, ruang, manusia, perubahan, dan kesinambungan atau when, where, who, what, why, dan How.
Kejadian yang menyangkut kehidupan manusia merupakan unsur penting dalam sejarah yang menempati rentang waktu. Waktu akan memberikan makna dalam kehidupan dunia yang sedang dijalani sehingga selama hidup manusia tidak dapat lepas dari waktu karena perjalanan hidup manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri. Perkembangan sejarah manusia akan mempengaruhi perkembangan masyarakat masa kini dan masa yang akan datang.

C. Sejarah dari berbagai sudut pandang
Sejarah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
1. Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa yaitu peristiwa yang sebenarnya telah terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat sebagaimana/ seperti apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali terjadi serta tidak bisa diulang.
Tetapi tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah. Sebuah kenyataan sejarah dapat diketahui melalui bukti-bukti sejarah yang dapat menjadi saksi terhadap peristiwa yang telah terjadi. Agar sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah maka harus memenuhi ciri-ciri berikut ini.
a. Peristiwa tersebut berhubungan dengan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun kelompok.
b. Memperhatikan dimensi ruang dan waktu (kapan dan dimana)
c. Peristiwa tersebut dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain
sebagai bagian dari proses/ dinamika dalam suatu konteks sejarah.
Contoh: peristiwa ekonomi yang terjadi bisa disebabkan oleh aspek politik, sosial dan budaya.
d. Adanya hubungan sebab-akibat dari peristiwa tersebut.
Adanya hubungan sebab akibat baik karena faktor dari dalam maupun dari luar peristiwa tersebut. Penyebab adalah hal yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.
e. Peristiwa sejarah yang terjadi merupakan sebuah perubahan dalam kehidupan.
Hal ini disebabkan karena sejarah pada hakekatnya adalah sebuah perubahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Perubahan tersebut dapat meliputi berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

Peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi,unik, dan penting.
· Abadi,
Karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah. Sebuah peristiwa yang sudah terjadi dan tidak akan berubah ataupun diubah. Oleh karena itulah maka peristiwa tersebut atas tetap dikenang sepanjang masa.
· Unik,
Karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali. Peristiwa tersebut tidak dapat diulang jika ingin diulang tidak akan sama persis.
· Penting,
Karena peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti bagi seseorang bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang banyak.

Peristiwa adalah kenyataan yang bersifat absolut atau mutlak dan objektif. Sejarah sebagai peristiwa adalah suatu kenyataan yang objektif artinya kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan masyarakat manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari fakta-fakta sejarahnya. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia seperti peristiwa politik, ekonomi, dan sosial.

2. Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang.
Sejarah sebagai kisah dapat berupa narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah. Tetapi tidak semua fakta sejarah dapat diangkat dan dikisahkan hanya peristiwa penting yang dapat dikisahkan.

Sejarah sebagai sebuah kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan.
Bentuk lisan,
Contoh penuturan secara lisan baik yang dilakukan oleh seorang maupun kelompok tentang peristiwa yang telah terjadi.

Bentuk tulisan, dapat berupa kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah.
Sejarah sebagai kisah sifatnya akan subjektif karena tergantung pada interpretasi atau penafsiran yang dilakukan oleh penulis sejarah. Subjektivitas terjadi lebih banyak diakibatkan oleh faktor-faktor kepribadian si penulis atau penutur cerita.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sejarah sebagai kisah adalah sebagai berikut.
· Kepentingan yang diperjuangkannya
Faktor kepentingan dapat terlihat dalam cara seseorang menuliskan dan menceritakan kisah/peristiwa sejarah. Kepentingan tersebut dapat berupa kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok.
Contoh:
Seorang pencerita biasanya akan lebih menonjolkan perannya sendiri dalam suatu peristiwa. Misalnya, seorang pejuang akan menceritakan kehebatanya dalam menghadapai penjajah.
· Kelompok sosial dimana dia berada
Dalam hal ini adalah lingkungan tempat ia bergaul, berhubungan dengan sesama pekerjaannya atau statusnya. Darimana asal pencerita sejarah tersebut juga mempengaruhi cara penulisan sejarah.
Contoh:
Seorang sejarawan akan menulis sejarah dengan menggunakan kaidah akademik ilmu sejarah sedang seorang wartawan akan menulis sejarah dengan bahasa wartawan.
· Perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya
Pengetahuan dan latar belakang kemampuan ilmu yang dimiliki pencerita sejarah juga mempengaruhi kisah sejarah yang disampaikan.
Hal tersebut dapat terlihat dari kelengkapan kisah yang akan disampaikan, gaya penyampaian, dan interpretasinya atas peristiwa sejarah yang akan dikisahkannya.
· Kemampuan bahasa yang dimilikinya
Pengaruh kemampuan bahasa seorang penutur/pencerita sejarah sebagai kisah terlihat dari hasil rekonstruksi penuturan kisah sejarah. Hal ini akan sangat bergantung pada kemampuan bahasa si penutur kisah sejarah.

3. Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau manusia. Sebagai ilmu, sejarah merupakan ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan.

Sejarawan harus menulis apa yang sesungguhnya terjadi sehingga sejarah akan menjadi objektif. Sejarah melihat manusia tertentu yang mempunyai tempat dan waktu tertentu serta terlibat dalam kejadian tertentu sejarah tidak hanya melihat manusia dalam gambaran dan angan-angan saja.
Sejarah sebagai ilmu memiliki objek, tujuan dan metode. Sebagai ilmu sejarah bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga objektiviatsnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan subjektifitas.

Menurut Kuntowijoyo, ciri-ciri atau karakteristik sejarah sebagai ilmu adalah sebagai berikut.
a. Bersifat Empiris
Empiris berasal dari kata Yunani emperia artinya pengalaman, percobaan, penemuan, pengamatan yang dilakukan.
Bersifat empiris sebab sejarah melakukan kajian pada peristiwa yang sungguh terjadi di masa lampau. Sejarah akan sangat tergantung pada pengalaman dan aktivitas nyata manusia yang direkam dalam dokumen. Untuk selanjutnya dokumen tersebut diteliti oleh para sejarawan untuk menemukan fakta yang akan diinterpretasi menjadi tulisan sejarah. Sejarah hanya meninggalkan jejak berupa dokumen.
b. Memiliki Objek
Objek sejarah yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu (masa lampau).
Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah. Waktu dalam hal ini adalah waktu lampau sehingga asal mula maupun latar belakang menjadi pembahasan utama dalam kajian sejarah.
c. Memiliki Teori
Teori merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Teori dalam sejarah berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Teori tersebut diajarkan berdasarkan keperluan peradaban. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas.
d. Memiliki Metode
Metode merupakan cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud. Setiap ilmu tentu memiliki tujuan. Tujuan dalam ilmu sejarah adalah menjelaskan perkembangan atau perubahan kehidupan masyarakat. Metode dalam ilmu sejarah diperlukan untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan secara benar. Dalam sejarah dikenal metode sejarah guna mencari kebenaran sejarah. Sehingga seorang sejarawan harus lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan jangan terlalu berani tetapi sewajarnya saja.
e. Mempunyai Generalisasi
Studi dari suatu ilmu selalu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut menjadi kesimpulan umum atau generalisasi. Jadi generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum dari pengamatan dan pemahaman penulis.

Ilmu pengetahuan sosial sifatnya selalu berubah dan mudah terjadi sebab kondisi setempat berubah, waktunya berubah, dan adanya pengaruh dari luar. Manusia tetap ingin tahu yang terjadi di masa lampau. Sejarah berbeda dengan ilmu sosial/ kemanusiaan yang lain seperti antropologi dan sosiologi sebab :
ü Sejarah membicarakan manusia dari segi waktu yang artinya sejarah memperhatikan perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan.
ü Dalam meneliti objeknya, sejarah berpegangan pada teorinya sendiri. Teori tersebut ditemukan dalam setiap tradisi sejarah. Teori sejarah diajarkan sesuai dengan keperluan peradaban masing-masing tradisi.
ü Sejarah juga mempunyai generalisasi, dalam menarik kesimpulan umumnya dapat juga sebagai koreksi terhadap ilmu-ilmu lain.
ü Sejarah juga mempunyai metode sendiri yang sifatnya terbuka dan hanya tunduk pada fakta.
ü Sejarah membutuhkan riset, penulisan yang baik, penalaran yang teratur dan sistematika yang runtut, serta konsep yang jelas.

4. Sejarah sebagai Seni
Sejarah sebagai seni merupakan suatu kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu kisah/ peristiwa di masa lalu.
Seni dibutuhkan dalam penulisan karya sejarah karena:
· Jika hanya mementingkan data-data maka akan sangat kaku dalam berkisah.
· Tetapi jika terlalu mementingkan aspek seni maka akan menjadi kehilangan fakta yang harus diungkap.
· Sehingga seni dibutuhkan untuk memperindah penuturan/ pengisahan suatu cerita.
· Seperti seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa.
· Seorang sejarawan sebaiknya mampu mengkombinasikan antara pengisahan (yang mementingkan detail dan fakta-fakta) dengan kemampuannya memanfaatkan intuisi dan imajinasinya sehingga dapat menyajikan peristiwa yang objektif, lancar, dan mengalir.

Intuisi :
Intuisi merupakan kemampuan mengetahui dan memahami sesuatu secara langsung mengenai suatu topik yang sedang diteliti.
Dalam penelitian untuk menentukan sesuatu sejarawan membutuhkan intuisi dan untuk mendapatkannya ia harus bekerja keras dengan data yang ada. Seorang sejarawan harus tetap ingat akan data-datanya, harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang terjadi sesudahnya. Berbeda dengan seorang seniman jika ingin menulis mungkin ia akan berjalan-jalan sambil menunggu ilham sebelum melanjutkan proses kreatifnya.
Emosi :
Emosi merupakan luapan perasaan yang berkembang.
Emosi diperlukan guna mewariskan nilai-nilai tertentu asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta. Dengan melibatkan emosi, mengajak pembaca seakan-akan hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu.
Gaya Bahasa :
Gaya bahasa merupakan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Gaya bahasa diperlukan sejarawan guna menuliskan sebuah peristiwa. Gaya bahasa yang baik yaitu yang dapat menggambarkan detail-detail sejarah secara lugas dan tidak berbelit-belit.
Imajinasi :
Imajinasi merupakan daya pikiran untuk membayangkan kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (khayalan).
Imajinasi diperlukan sejarawan untuk membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, serta apa yang akan terjadi.

Sejarah sebagai seni mempunyai kekurangan diantaranya :
Sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan objektifitasnya karena seni merupakan hasil imajinasi
Ketepatan : kesesuaian antara fakta dan tulisan sejarah
Objektifitas : tidak ada pandangan yang individual

Sejarah sebagai seni akan menjadi terbatas
Hanya sejarah yang dapat dideskripsikan sebagai karya seni yang diakui. Tema-tema sejarah yang penting seperti sejarah yang menyuguhkan angka-angka dan analisis tidak akan ditulis.

Sumbangan seni terhadap sejarah :
Seni memberikan karakteristik yang menggambarkan watak orang dalam biografi kolektif (umum).
Contoh : meluaskan watak-watak orang yang terlibat di dalam sebuah peristiwa.
Seni memberikan struktur atau plot/ alur tulisan sejarah yang sering kali dilupakan oleh sejarawan.

Perbedaan sejarah dan sastra:
Sejarah : Berusaha memberikan informasi selengkap-lengkapnya, setuntas-tuntasnya, sejelas-jelasnya sehingga lebih objektif.
Sastra : Lebih/ Bahkan sangat subjektif. Kebenaranya secara mutlak ada di bawah kekuasaan penulis. Pengarang bebas dan berhak membangun sendiri dunianya dan tidak dituntut untuk memberikan informasi selengkap-lengkapnya.

D. PERSAMAAN dan PERBEDAAN SEJARAH dan ILMU ALAM
Persamaan sejarah dengan ilmu alam,
Sama-sama berdasarkan pengalaman, pengamatan dan penyerapan.
Sama-sama memiliki dasar teori dan metode.
Perbedaan sejarah dengan ilmu-ilmu alam.
1. Ilmu Alam : Percobaan dalam ilmu alam dapat diulang-ulang
Ilmu Sejarah : Percobaannya tidak dapat diulang sebab hanya sekali terjadi.
Contoh:
Peristiwa G30SPKI hanya terjadi sekali dan tidak dapat diulang kembali untuk diperbaiki.
2. Ilmu Alam : Objek dalam ilmu alam adalah semua makhluk hidup
Ilmu Sejarah : Objek dalam sejarah adalah segala peristiwa dalam aktivitas manusia
3. Ilmu Alam : Hukum-hukum berlaku secara tetap tanpa memandang orang, tempat, waktu, dan suasana.
Sejarah : Hukumnya sangat bergantung pada pengalaman manusia yang telah direkam sebagai dokumen untuk diteliti sejarawan guna menemukan fakta sejarah.
4. Ilmu Alam : Tujuan untuk menemukan hukum-hukum yang bersifat umum dan Nomotheis (berupa pendapat tunggal)
Sejarah : Tujuannya untuk menuliskan hal-hal yang bersifat khas dan bersifat ideografis (berupa banyak pendapat yang saling berkaitan)
5. Ilmu Alam : Kesimpulan umum (Generalisasi) untuk ilmu alam biasanya diakui kebenarannya dimana-mana (semua orang)
Sejarah : Kesimpulan terlihat dari kebenaran suatu pola/kecenderungan dari suatu peristiwa sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan melihat masa yang akan datang. Sehingga kesimpulan dari sejarah tidak bisa langsung diakui oleh banyak orang, karena akan terus diperbaharui sejauh orang mampu menemukan bukti-bukti yang ada.